POSKOTA.CO.ID - Di tengah meningkatnya literasi finansial di Indonesia, masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya merdeka secara finansial, apalagi hanya dengan gaji UMR. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa 66 persen warga Indonesia sudah melek literasi finansial.
Namun fakta mengejutkan muncul: "98 persen orang yang memiliki rekening itu saldonya di bawah Rp1 juta," ungkap Kalimasada di sebuah kelas pakar yang diunggah lewat kanal YouTube Malaka Project.
Mengapa kesadaran tak selalu berbanding lurus dengan kemerdekaan finansial? Kalimasada menegaskan bahwa ada penyebabnya adalah minimnya pengelolaan keuangan.
"Ada kesenjangan antara pengetahuan mereka terhadap finansial dan juga kemampuan mereka mengelola finansial mereka sendiri," ucapnya.
Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Anda Harus Jadi Kaya! Mindset Timothy Ronald
Tips Merdeka Finansial Ala Kalimasada
Simak berikut ini langkah-langkah konkret agar kesadaran tersebut tidak berhenti di teori, melainkan menjadi jalan menuju kemerdekaan finansial.
1. Peroleh Penghasilan dan Tambah Sumber Income
Kemerdekaan finansial selalu dimulai dari tahap paling mendasar: input berupa penghasilan. Menurut data BPS, sekitar 95 persen masyarakat Indonesia sudah bekerja, sedangkan 5 persen lainnya masih menganggur.
Dari mereka yang bekerja, sekitar 15% persen memiliki secondary income. Kalimasada menjelaskan pentingnya memiliki penghasilan tambahan, misalnya, menjadi freelancer, investor, hingga influencer.
"Main income ya kita enggak bisa putus dari gaji yang kita dapatkan. Tapi di luar itu, enggak ada salahnya kita eksplorasi berbagai soft skill," ucap Kalimasada.
Dengan main income dan secondary income, individu akan memiliki fondasi finansial yang lebih kuat untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Baca Juga: Mengelola Gaji UMR: Strategi Investasi Agresif ala Timothy Ronald
2. Miliki Tabungan Minimal Rp10 Juta
Langkah pertama setelah memiliki penghasilan adalah memiliki tabungan minimal Rp10 juta. Kenapa jumlah ini penting?
"Masih sedikit orang ini yang memiliki 10 juta di rekening bank mereka. Sehingga kalau mereka memiliki 10 juta, mereka akan merasa lebih percaya diri, lebih aman, dan lebih nyaman," jelas Kalimasada.
Tabungan ini dapat disimpan di rekening bank konvensional, bank digital, RDPU (Reksa Dana Pasar Uang), atau obligasi. Intinya, dana tersebut harus bersifat liquid agar mudah diakses saat darurat.
3. Segera Bebas dari Utang Konsumtif
Utang konsumtif sering menjadi penghalang utama kemerdekaan finansial.
"68,5 persen Gen Z dan milenial di Indonesia berhutang bukan untuk sesuatu yang produktif," ungkap Kalimasada, mengutip data OJK.
Lebih buruk lagi, 40 persen di antaranya mengalami gagal bayar sehingga semakin memperburuk kondisi keuangan.
Utang yang diperbolehkan hanya utang produktif, misalnya modal usaha, investasi kemitraan, atau ekspansi bisnis. Selain itu maksimal utang adalah 30 persen dari penghasilan.
"Maksimal utang produktif teman-teman adalah 30 persen dari liquid capital," ujarnya.
Artinya, jika seseorang memiliki harta liquid Rp100 juta, maka total utang produktif tidak boleh lebih dari Rp30 juta. Tujuannya untuk mencegah krisis likuiditas.
Baca Juga: Harga Emas Pegadaian Hari Ini Senin 14 Juli 2025: Galeri24 dan UBS Naik, Antam Tak Tersedia
4. Siapkan Dana Darurat
Dana darurat menjadi penyangga saat penghasilan utama terhenti. Besarannya menyesuaikan kondisi, yakni 2–3 bulan pengeluaran bagi yang tinggal di daerah.
Sedangkan bagi yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, maka dana darurat adalah lebih dari 6 bulan pengeluaran.
"Karena ketidakpastian hidup di kota metropolitan lebih tinggi," ucap Kalimasada.
Jika pengeluaran bulanan adalah Rp5 juta, maka idealnya dana darurat sebesar Rp30 juta. Dana darurat ini bisa ditempatkan di rekening tabungan, RDPU, Obligasi, Emas (yang mudah dicairkan).
5. Melawan Inflasi dengan Investasi
Inflasi adalah kepastian. Nilai uang terus menurun seiring waktu akibat peredaran uang yang meningkat.
"Kita berinvestasi itu bukan untuk kaya. Kaya itu bonus, tapi investasi adalah untuk mengalahkan inflasi," kata Kalimasada.
Jenis investasi dapat dibagi dua, yakni risiko rendah seperti reksadana, obligasi, atau emas, kemudian investasi risiko tinggi seperti saham dan cryptocurrency.
Pemilihan investasi tergantung pada profil risiko masing-masing:
- Risk averse (menghindari risiko): cocok investasi konservatif.
- Risk taker (berani ambil risiko): cocok untuk instrumen agresif.
6. Berbagi Setelah Stabil
Kalimasada menjelaskan, setelah memiliki tabungan memadai, bebas dari utang konsumtif, dana darurat, dan portofolio investasi, langkah selanjutnya adalah berbagi.
"Ketika teman-teman sudah di tahap aman dan nyaman, tidak ada salahnya untuk berbagi kebahagiaan ke orang lain," ucap Kalimasada.
Memberi bukan hanya membantu sesama, tetapi juga memperkuat misi utama menjadikan lebih banyak warga Indonesia yang bukan hanya melek finansial, tetapi juga benar-benar merdeka finansial.