CIBINONG, POSKOTA.CO.ID - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan bahwa pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu syarat wajib dalam proses penerimaan siswa di Sekolah Rakyat, menggantikan tes akademik.
Pemeriksaan ini dilakukan bukan untuk menyaring atau menolak siswa yang sakit, melainkan agar kondisi mereka dapat diketahui sejak awal dan segera ditangani.
Meski telah dilaksanakan sebelumnya, siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 (Sentra Terpadu Inten Soeweno) Kabupaten Bogor kembali menjalani pemeriksaan pada hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) guna memastikan kesiapan kesehatan mereka dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan berasrama.
“Ini dimulai dengan cek kesehatan. Karena ini bersifatnya asrama, maka itu nanti kalau ada yang sakit dan lain sebagainya pasti akan langsung ditindaklanjuti oleh Kementerian Kesehatan hingga sembuh,” ujar Budi saat meninjau MPLS di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10, Senin, 14 Juli 2025.
Baca Juga: 5 Menteri Tinjau Pelaksanaan MPLS di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 Bogor
Budi pun menegaskan bahwa seluruh siswa harus dipastikan dalam kondisi sehat, agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan optimal selama menjalani pendidikan di lingkungan berasrama.
“Tugasnya saya adalah memastikan semua siswanya sehat. Jangan sampai sakit. Sampai selesai sekolahnya kalau bisa jangan sakit. Nah karena mereka berasrama kan rawan penyakit menular. Makanya diperiksa dulu,” jelasnya.
"Kalau ada langsung diobati. Kalau perlu dikarantina juga sebentar, ruangannya terpisah, tapi habis itu harus sekolah. Karena ini bukan penyaringan. Ini adalah pembinaan agar mereka tetap sehat," katanya.
Pemeriksaan kesehatan ini juga sejalan dengan arahan Presiden yang menegaskan bahwa tidak boleh ada anak yang ditolak masuk sekolah, termasuk mereka yang memiliki penyakit menular.
Jika ditemukan, maka siswa tetap akan ditangani dan dirawat terlebih dahulu sebelum nantinya akan mengikuti kembali proses belajar seperti biasa.
Dari hasil pemeriksaan awal terhadap 18 anak, Budi mengungkapkan bahwa gangguan pada gigi dan mata menjadi temuan paling umum. Bahkan, dari lima anak yang diperiksa, tiga di antaranya mengalami kesulitan membaca akibat gangguan penglihatan.