Kerang Hijau Jadi Penopang Hidup Warga RW 22 Muara Angke Jakut, Begini Ceritanya

Sabtu 22 Nov 2025, 16:38 WIB
Aktivitas pengupasan kulit kerang di RW 22 Kelurahan Muara Angke, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu, 22 November 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

Aktivitas pengupasan kulit kerang di RW 22 Kelurahan Muara Angke, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu, 22 November 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

PENJARINGAN, POSKOTA.CO.ID - Menjadi pengupas kulit kerang hijau merupakan mata pencaharian bagi banyak warga di RW 22 Kelurahan Muara Angke Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Meski aroma bau anyir cukup menyengat, namun bagi mereka, hal itu lebih baik ketimbang tidak ada kerang hijau yang bisa dikupas. Sebab, kerang adalah sumber rezeki mereka.

Seperti diungkapkan salah satu pekerja pengupas kulit atau cangkang kerang, Boniah, 50 tahun, warga RW 22 Muara Angke.

"Kalau enggak kerang justru kita sulit (tidak ada penghasilan), jadi enggak ada kerjaan," kata Boniah sambil mengupas daging kerang dari cangkangnya saat ditemui di lokasi pada Sabtu, 22 November 2025.

Baca Juga: Dihempas Angin Kencang, Nelayan Cilincing Pilih Tidak Berlayar

Ibu rumah tangga ini berujar, menjadi pengupas kerang hijau merupakan sumber penghidupan. Dia mengaku, sudah lebih dari 10 tahun menjadi pengupas kerang hijau.

"Dulu saya kerja di tempat pengasinan, ngasinin ikan. Sekarang jadi ngupas kerang. Memang dari dulu kerjanya ya begini," ungkap dia.

Dalam sehari, Boniah rata-rata mampu mengupas sebanyak tiga ember kerang hijau. Untuk setiap satu ember penuh kerang hijau yang dikupas, Boniah dibayar Rp30 ribu.

"Kadang dapat tiga ember, kadang dapat dua kalau lagi enggak ada, dapat satu," ucap dia.

"(Uangnya) buat jajan anak, buat sekolah. Boro-boro buat nabung, buat sehari-hari aja udah alhamdulillah," ungkapnya.

Aktivitas pengupasan kulit kerang di RW 22 Kelurahan Muara Angke, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu, 22 November 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

Saat mengupas kerang hijau, Boniah dan pekerja lain menggunakan alat safety seperti sepatu bot dan sarung tangan agar serpihan kulit kerang tidak melukai.

"Penghasilannya memang dari sini, ngupas kerang. Kalau enggak ada kerang justru kita bingung," ucap dia.

Sementara Susi, 38 tahun, yang juga warga RW 22 Muara Angke, menjelaskan, sebelum melahirkan anak bungsu yang kini menginjak usia dua tahun, ia mengaku juga pernah bekerja sebagai pengupas kerang hijau.

Namun, sejak melahirkan anak bungsu dan anaknya kerap mengalami sesak napas, dirinya memutuskan untuk tidak lagi menjadi pengupas kerang.

"Ngupas kerang memang udah jadi kerjaan warga sini di RW 22, buat ibu-ibu biar ada penghasilan," kata dia.

Susi tidak menampik jika aroma tak sedap mengganggu penciuman. Namun, wanita yang kini berjualan gado-gado itu, berujar, kondisi seperti ini, sudah biasa bagi warga.

Baca Juga: Diterjang Rob, Aktivitas Kupas Kerang Hijau Muara Angke Tetap Jalan, Produksi 2 Ton per Hari

Menurutnya, warga sekitar justru lebih takut tidak ada kerang hijau. Sebab, jika itu terjadi, warga malah tidak mendapatkan penghasilan.

"Karena cuma ngupas kerang yang jadi penghasilan warga, enggak ada lagi. Kalau enggak ada kerang justru warga pada teriak," ucap dia.

Sehari Hasilkan 2 Ton

Sariyah, 53 tahun, pengusaha kerang hijau mengatakan, bahwa aktivitas pengupasan kulit kerang hijau berjalan setiap harinya.

"Setiap hari, liburnya kalau lagi lebaran doang karena pada pulang kampung. Libur paling cuma 3 hari," kata Sariyah yang terlihat sedang memantau aktivitas pekerja pengupas kerang hijau di lokasi.

Sariyah menyampaikan bahwa setiap harinya, dua ton kerang hijau bisa dikupas yang dilakukan oleh para pekerja yang merupakan ibu-ibu dari RW 22 Muara Angke.

"Ya banyak, ton-tonan. Kalau 100 ember dapatnya 8 kuintal. Kalau 300 ember, ya dapatnya se-ton lebih," ungkap dia.

Sedikitnya 30 orang pengupas kerang hijau setiap harinya bekerja memisahkan daging kerang dari kulit atau cangkangnya itu.

Mereka dengan gigih bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang ternyata merupakan penghasilan utama warga RW 22 Muara Angke.

Daging kerang hijau yang telah dikupas dari cangkangnya, kata Sariyah, dibawa ke tempat pelelangan yang tidak jauh dari lokasi untuk dijual.

Sementara, untuk kulit atau cangkang kerangnya sendiri, Sariyah telah menyiapkan lahan untuk menimbunnya.

Menurut dia, kulit kerang yang ditimbun itu lama kelamaan akan hancur dengan sendirinya.

Sariyah sangat menyadari akan limbah yang berbahaya bagi ekosistem laut. Bahkan dirinya menuturkan, limbah juga dapat merusak kualitas kerang yang dihasilkan.


Berita Terkait


News Update