Masyarakat perlu memberi ruang agar anak bisa bercerita tentang apa yang mereka rasakan. Mendengarkan pengalaman anak langsung dari sudut pandang mereka. Suara mereka, derita mereka menjadi pintu masuk memetakan masalah sekaligus menemukan solusi bersama, bagaimana sebaiknya perlindungan dilakukan, pendampingan diberikan serta kebutuhan mendasar yang perlu disegerakan.
Para orang tua wajib memberikan dukungan emosional (kasih sayang dan perhatian), akademis (fasilitas dan tempat pendidikan yang nyaman) maupun dukungan sosial (nilai – nilai toleransi, simpati, empati, gotong- royong dan tanggung jawab sosial) guna membentuk karakter anak negeri yang bermental tangguh, berintegritas, beretika dan bermoral.
Terlebih di era digital sekarang ini, pendampingan orang tua kian dibutuhkan, agar kelak tidak salah arah dan kaprah, tidak pula sekadar pengguna, tetapi lahir sebagai pencipta teknologi.
Satu hal yang tak boleh dilupakan adalah kecenderungan anak yang suka mencontoh berbagai kebiasaan dan perilaku orang tuanya, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Dalam pepatah bahasa Jawa: Kacang ora ninggal lanjaran- sifat atau perilaku anak biasanya tidak jauh dari kebiasaan yang dilakukan orang tuanya.
Dapat dimaknai, baik buruknya karakter/perilaku anak di masa datang sangat ditentukan oleh pola pengasuhan yang diberikan oleh keluarganya dan lingkungan sosial terdekatnya.
Mari kita berikan pola pengasuhan yang terbaik, tiada henti memotivasi dan memacu anak- anaknya untuk maju dan berprestasi: menjadi generasi yang lebih baik dari para pendahulunya, yaitu kita semua sekarang ini. Setiap zaman memiliki tantangannya masing- masing, dan mereka akan menghadapi dengan bekal yang kita berikan. (Azisoko).
