BANDUNG, POSKOTA.CO.ID – Pimpinan Dewan Etik DPP Partai Golkar, Faisal Haris, menyampaikan pernyataan keras terhadap sejumlah politisi yang dinilai abai pada penderitaan rakyat.
"Rakyat sedang berduka. Tapi justru ada pernyataan-pernyataan dari sebagian oknum anggota legislatif yang tidak menunjukkan empati. Ini harus jadi alarm bagi Partai Golkar," tegas Faisal, Senin, 25 Agustus 2025.
Menurut Faisal, jabatan politisi bukan privilege, melainkan amanah. Karena itu, Golkar harus kembali pada jati dirinya sebagai partai besar yang sejak awal berdiri mengusung prinsip Suara Golkar adalah Suara Rakyat.
Baca Juga: Tunjangan Kos DPR Rp3 Juta Per Bulan, Jerome Polin: Itu Nginap di Hotel Bintang Lima
"Jargon itu bukan sekadar slogan, tapi kompas moral. Kader Golkar wajib berdamai dan berdampingan dengan kondisi rakyat, mendengar keluhan mereka, bukan justru menambah beban," ujarnya.
Ia mendorong kader di semua tingkatan untuk menghidupkan kembali tradisi politik merakyat.
Caranya, turun langsung ke lapangan, menyerap aspirasi, dan hadir sebagai bagian dari solusi.
Pernyataan ini muncul di tengah derasnya kritik publik terhadap perilaku sejumlah anggota legislatif yang dianggap jauh dari semangat kerakyatan.
Baca Juga: Ahmad Sahroni Partai Apa dan Asli Mana? Viral Beri Respons Keras Soal Bubarkan DPR
Menurut Faisal, momentum ini harus jadi bahan introspeksi bagi Golkar sekaligus pembuktian relevansinya di panggung politik nasional.
"Jika tidak, kepercayaan publik yang susah payah dibangun bisa runtuh seketika," ujarnya.
Ia mengingatkan, krisis kepercayaan pada politisi bukan hanya ancaman bagi Golkar, tapi juga bagi demokrasi Indonesia.
Golkar, katanya, punya peluang besar untuk kembali tampil sebagai partai peduli.
"Tapi itu hanya mungkin jika kadernya bisa menahan diri, bersikap bijak, dan proaktif merespons keluhan masyarakat," ucapnya.
Faisal juga menegaskan pesan ini berlaku luas, bukan hanya untuk Golkar.
Menurutnya, yang disebut demokrasi, hanya akan tumbuh sehat bila wakil rakyat hadir sebagai pelayan, bukan penguasa.