Kopi Pagi: Rayakan Kejujuran

Senin 08 Des 2025, 06:34 WIB
Ilustrasi Kopi Pagi Harmoko. (Sumber: Poskota)

Ilustrasi Kopi Pagi Harmoko. (Sumber: Poskota)

“Mari kita ikuti jejak para para pemimpin bangsa, jadilah pemimpin yang terpercaya karena mengedepankan kejujuran, menjunjung tinggi integritas, tak sebatas di atas kertas,tetapi tercermin dalam setiap aktivitas. Tak hanya retorika, tapi aksi nyata.” - Harmoko

Membangkitkan semangat antikorupsi bisa dibangun melalui ajakan, slogan, dan dikampanyekan. Tak kalang pentingnya melalui perayaan bersama penuh makna seperti halnya ketika merayakan Hari Antikorupsi Sedunia pada 9 Desember 2025. Namun, membasmi korupsi dituntut adanya kolaborasi, aksi nyata bersama, tak cukup dengan dikampanyekan.

Satukan Aksi Basmi Korupsi sebagaimana tema peringatan Hari Antikorupsi Sedunia tahun ini memberi pesan kepada kita bahwa kebersamaan memberantas korupsi adalah keniscayaan, sedangkan aksi nyata adalah tuntutan.

Korupsi harus diperangi bersama. Memberantas korupsi bukan hanya tugas penegak hukum, pemerintah dan lembaga antirasuah, tetapi tugas kita semua, seluruh elemen bangsa, mulai dari dunia usaha, komunitas, akademisi, praktisi hingga masyarakat umum.

Baca Juga: Kopi Pagi: Krisis Iklim dan Lingkungan

Dilakukan melalui kolaborasi lintas sektor dan lintas generasi dengan membangun optimisme bahwa bangsa ini mampu bebas dari korupsi, jika setiap individu melakukan aksi nyata, sekecil apapun, sesuai peran masing-masing.

Tanpa aksi nyata, pemberantasan korupsi – boleh jadi, hanya berhasil dalam pencitraan, tetapi gagal pada pelaksanaan.

Korupsi bagaikan “virus” yang menyerang ke seluruh jaringan organ tubuh manusia. Kini, ditengarai bukan hanya bagian kulit luarnya saja, tetapi sudah merasuk ke organ inti, hati, bahkan bagian otak yang berdampak buruk bagi kehidupan.

Yang yang hendak saya sampaikan, praktik korupsi sudah menjerat sejumlah orang penting negeri ini, mulai dari oknum pejabat pemerintah, wakil rakyat hingga kepala daerah, tokoh yang semestinya berdiri paling depan menutup rapat pintu korupsi.

Baca Juga: Kopi Pagi: Dwitunggal yang (Tidak) Tanggal

Terakhir, tiga kepala daerah terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK karena dugaan korupsi, sebelum sembilan bulan menjabat.

Sebelumnya, korupsi dalam pengelolaan sumber daya alam yang diduga merugikan negara ratusan triliun. Kasus korupsi tata kelola minyak mentah di perusahaan Pertamina (kini dalam proses persidangan) yang ditaksir merugikan keuangan hingga perekonomian negara lebih Rp285 triliun.

Jauh sebelumnya sempat heboh dugaan korupsi di PT Timah yang diperkirakan mencapai Rp300 triliun, di dalamnya mencakup kerugian lingkungan.

Patut menjadi catatan, korupsi dalam pengelolaan sumber daya alam merupakan masalah besar karena kerap disertai dengan pelanggaran lingkungan yang melibatkan pejabat hingga swasta. Modusnya beragam, mulai dari suap hingga manipulasi pajak dan royalti.

Dampaknya, tak hanya merugikan negara secara finansial, juga mengancam kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Penyebab korupsi begitu kompleks, sekompleks permasalahan korupsi itu sendiri. Namun, akar permasalahan korupsi terus mewabah karena didorong oleh sifat serakah, kurangnya keteladanan, kegagalan membangun sistem yang baik.

Baca Juga: Kopi Pagi: Mengajar dengan Cinta

Kita tahu, sifat serakah tidak mengenal batasan etika dan norma, menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi pribadinya yang tanpa batas itu.

Keteladanan menjadi rendah karena tak sedikit pejabat yang berteriak lantang memberantas korupsi, tokoh yang digadang-gadang bakal meningkatkan kesejahteraan masyarakat setelah terpilih menjadi pejabat publik, ternyata terjerat korupsi.

Publik kecewa? Jawabnya pasti. Ini pula yang kadang menimbulkan sikap apatis, keraguan publik dalam pemberantasan korupsi. Ditambah lagi, tidak sedikit penyelewengan yang dilaporkan masyarakat, hasil akhir tak selaras harapan rakyat berdampak kepada merosotnya partisipasi memberantas korupsi.

Di sisi lain, acap pula mencuat kesan di antara pejabat saling mencari pembenaran dengan segala argumentasi berdasarkan data yang dikantongi.

Baca Juga: Kopi Pagi: Menyiapkan Anak Masa Depan

Ini yang disebut kegagalan membangun sistem yang baik, pranata yang mendorong meningkatnya kepercayaan publik. Sistem yang mampu menggerakkan segala lapisan masyarakat menyatukan aksi membasmi korupsi.

Bayang-bayang semu dan ragu kian melaju karena pemberantasan korupsi sering dibenturkan dengan kepentingan politik.

Kita paham betul pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sangat berkomitmen membasmi korupsi, memberantas segala bentuk penyelewengan, para pencuri kekayaan alam dan uang rakyat.

Hendaknya tekad kuat ini ditindaklanjuti oleh seluruh punggawanya melalui aksi nyata, bukan memenuhi ruang wicara tiada cela membangun citra. Ing ngarso sung tulodo- di depan memberi keteladanan, bukan di depan merusak lingkungan, menjual jabatan dan kekuasaan.

Ini harus didasari adanya kemauan, bukan kemampuan. Mengingat masalah terbesar pemberantasan korupsi bukan terletak pada tiadanya kemampuan, bukan pula kurangnya dukungan peraturan perundang-undangan, melainkan kemauan menegakkan kejujuran dan keadilan serta menjaga integritas.

Jujur dalam sistem pelaporan, penanganan hingga pengambilan keputusan. Jujur pula mengevaluasi keputusan dan kebijakan.

Baca Juga: Kopi Pagi: Toleransi Membangun Harmoni

Pemimpin yang jujur akan dicintai rakyat, sementara yang suka berbohong, bermain curang, akan dijauhi. Ini yang perlu dikedepankan, karena kejujuran adalah inti dari menjaga integritas.

Belajar dari sejarah perjuangan, para pendiri negeri dan pemimpin bangsa mendapat unconditional trust – kepercayaan dari rakyat tanpa syarat karena memiliki integritas yang tinggi, kata Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Mari kita ikuti jejak para para pemimpin bangsa, jadilah pemimpin yang terpercaya karena mengedepankan kejujuran, menjunjung tinggi integritas, tak sebatas di atas kertas,tetapi tercermin dalam setiap aktivitas.Tak hanya retorika, tapi aksi nyata.

Menuju visi Indonesia Emas, hendaknya kini kita sudah sampai ke tahap merayakan kejujuran, bukan lagi berdebat soal kejujuran.

Baca Juga: Kopi Pagi: Toleransi Membangun Harmoni

Marilah peringatan Hari Korupsi Sedunia kali ini, menjadi momen “merayakan kejujuran” bagi kita semua, siapa pun dia, di mana pun berada, terlebih keteladanan para pejabat publik dan elite politik.

Mari kita mulai. Bismillah. (Azisoko)


Berita Terkait


undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Lumbung Rakyat

Senin 20 Okt 2025, 06:06 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Gerakan Perubahan

Senin 27 Okt 2025, 06:57 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Menuju Swasembada Air

Kamis 30 Okt 2025, 06:15 WIB

News Update