Kopi Pagi: Damai Itu Bersahabat

Senin 22 Sep 2025, 06:35 WIB
Kopi Pagi: Damai Itu Bersahabat. (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi: Damai Itu Bersahabat. (Sumber: Poskota)

Dengan sikap ‘tepo seliro’  hadirlah suasana rukun, bersahabat, harmonis dan serasi dalam hubungan antar- sesama manusia. Dalam skala yang lebih luas, tenggang rasa tinggi akan menghasilkan sebuah harmoni kehidupan bernegara, yang kelak pada akhirnya tercipta rasa nyaman dan kedamaian," kata Harmoko.

Sering dikatakan damai itu indah, konflik itu merugikan, menyesatkan, lagi pula menyakitkan. Kedamaian itu tidak sekadar tiadanya perang, tetapi keberanian melalui aksi nyata menyelesaikan konflik dengan cara damai beradab. Bukan sebatas meniadakan pertikaian.

Damai menjaga persahabatan, membangun kerja sama dengan banyak orang, berkolaborasi tiada henti membangun kebersamaan, ketimbang berkonflik  menimbulkan permusuhan sebagaimana pepatah Tiongkok mengatakan” Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit.”

Baca Juga: Kopi Pagi: Menyatu dengan Alam

Makna yang hendak disampaikan menjalin persahabatan lebih penting, daripada

permusuhan. Perdamaian membawa keharmonisan sosial guna mencapai tujuan bersama.Lebih luas lagi mewujudkan cita – cita negeri.

Cukup beralasan sekiranya badan dunia seperti Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) menetapkan Hari Perdamaian Dunia yang diperingati setiap tanggal 21 September tiap tahunnya dengan tujuan meningkatkan kembali nilai – nilai budaya damai.

Ini menuntut adanya penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia dan kebebasan fundamental. Komitmen terhadap penyelesaian konflik secara damai. Ketaatan terhadap kebebasan, keadilan, demokrasi, toleransi, solidaritas, kerja sama, pluralisme, keanekaragaman budaya. Tak kalah pentingnya dialog dan pemahaman di semua tingkat masyarakat.

Soal keadilan, toleransi, kerja sama dan keanekaragaman budaya, bukan hal baru bagi bangsa Indonesia.

Sejarah membuktikan bahwa negeri ini merdeka, terbentuk karena bersatunya seluruh komponen bangsa tanpa mempersoalkan latar belakang agama, suku, daerah, golongan, adat dan budaya serta status sosial ekonominya.

Baca Juga: Kopi Pagi: Arah Demokrasi Kita

Wujud mengkristalnya beraneka ragam corak adat dan budaya bangsa menjadi kesatuan yang utuh dan serasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ini hendaknya semakin meningkatkan pemahaman bahwa keberagaman bangsa kita sebuah keniscayaan yang tak perlu lagi diperdebatkan, apalagi dipertentangkan.

Begitu juga soal keadilan, negeri kita menempatkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada sila kelima Pancasila, falsafah bangsa kita. Tak kurang soal solidaritas, kerja sama sebagai nilai- nilai luhur budaya bangsa yang terwujud melalui gotong royong yang sudah ada dan dilakukan sejak dulu kala.

Tak terkecuali mengembangkan sikap tenggang rasa, sering disebut ‘tepo seliro” atau populer dengan nama toleransi di era kini.

Sejarah membuktikan, kokohnya persatuan dan kesatuan di atas keberagaman, tak lepas dari teraktualisasinya toleransi dalam kehidupan sehari – hari. Ini wujud  nyata dari adanya kesadaran bahwa ‘tepo seliro’ merupakan salah satu ajaran laku hidup yang penting. Sebagai salah satu modal dasar dalam berhubungan dengan orang lain (bersosialisasi).

Kunci toleransi adalah bagaimana masing – masing menjaga perasaan orang lain, tidak menyinggung dan melukai hati orang lain, baik dalam ucapan, gerak tubuh (body language), maupun perilaku yang ditujukan di depan umum, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam “Kopi Pagi” edisi 13 Mei 2019 dengan judul “Tepo Seliro”.

Baca Juga: Kopi Pagi: “Empat Aksi” Merespons Situasi

Dengan sikap ‘tepo seliro’, termasuk mengikis watak egois dan nafsi – nafsi dalam menyikapi keadaan, dapat menghadirkan suasana rukun, bersahabat, harmonis dan serasi dalam hubungan antar- sesama manusia. 

Dalam skala yang lebih luas, tenggang rasa tinggi akan menghasilkan sebuah harmoni kehidupan bernegara, yang kelak pada akhirnya tercipta rasa nyaman dan kedamaian.

Indonesia damai sejak kelahirannya hingga kini sudah diakui dunia.Indonesia  dikenal sebagai negara yang banyak memberikan inisiatif perdamaian dalam menghadapi berbagai konflik di seluruh dunia. Indonesia secara intensif terus memberikan masukan bagi lembaga-lembaga internasional, utamanya PBB  - dalam berbagai upaya, mediasi, diplomasi, serta turut aktif mencegah konflik di berbagai wilayah regional dan internasional, tak terkecuali di Palestina, demi menciptakan perdamaian dunia.

Ini sejalan dengan amanat Undang- undang 1945, dalam kata pengantar (preambule) disebutkan Indonesia “ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Komitmen itu tiada henti sejak negeri ini berdiri, bahkan, kini secara aktif Indonesia mengirimkan puluhan ton bantuan kemanusiaan ke jalur Gaza berupa makanan, obat– obatan dan kebutuhan sehari – hari.

Baca Juga: Kopi Pagi: Jujurlah Koreksi Diri

Ini bukti nyata solidaritas kepada dunia, bukan sebatas retorika.

Jika kepada dunia saja begitu terasa, tentu di dalam negeri akan semakin lebih nyata. Itu menjadi tanggung jawab kita bersama, menciptakan perdamaian abadi di dalam negeri.  

Ingat! Sebelum ikut melaksanakan ketertiban dunia, kita lebih dulu berkhidmat pada cita- cita, “membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”.
(Azisoko)


Berita Terkait


undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Jujurlah Koreksi Diri

Senin 08 Sep 2025, 06:00 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Arah Demokrasi Kita

Senin 15 Sep 2025, 06:29 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Menyatu dengan Alam

Kamis 18 Sep 2025, 09:25 WIB

News Update