Di kaki Gunung Gede yang hijau dan sejuk, berdiri sebuah istana yang menyimpan banyak cerita: Istana Cipanas. Tempat ini bukan sekadar bangunan peninggalan kolonial yang kini menjadi milik negara, melainkan juga ruang saksi bisu perjalanan bangsa.
Dari udara yang segar, pepohonan yang rindang, hingga aliran sumber air panas alami yang mengandung mineral, semuanya menghadirkan harmoni antara manusia dan jagat raya.
Sumber mata air panas Cipanas sendiri menyimpan misteri. Konon sejak dulu dipercaya sebagai anugerah bumi yang membawa penyembuhan, mengalirkan energi positif, sekaligus kekuatan untuk menyucikan batin.
Tak heran bila kawasan ini dianggap memiliki kesakralan, bukan karena mistik, tetapi di sinilah manusia bisa merasakan betapa dekat dirinya dengan alam. Bukankah dalam setiap desir angin dan aliran air, kita dapat menemukan kesejukan jiwa?
Baca Juga: Kopi Pagi: Erosi Legitimasi
Keindahan Istana Cipanas kerap membuat siapa pun betah berlama-lama. Udara dingin pegunungan bersanding dengan hangatnya mata air yang menyembul dari rahim bumi, menciptakan kontras yang selaras.
Lingkungan yang asri ini seperti mengingatkan kita pada sebuah pesan luhur Jawa: tresna dhumateng jagad menika sami kaliyan tresna dhumateng dhiri pribadhi — cinta kepada alam semesta sejatinya haruslah seperti mencintai diri sendiri — sebab merawat jagat sama dengan merawat jiwa, menjaga batin kita agar tetap jernih dan cerah.
Tak hanya menyimpan panorama, Istana Cipanas juga menyimpan jejak sejarah keluarga besar negeri ini. Menjadi simbol kesinambungan kepemimpinan bangsa kita, sejak era perjuangan, kemerdekaan hingga sekarang.
Pada tahun 2011, halaman asri istana ini menjadi tempat sakral pelaksanaan akad nikah, sekarang Wakil Ketua DPR, Edhie Baskoro Yudhoyono, putra Presiden ke-6 RI,Susilo Bambang Yudhoyono, dengan Siti Ruby Aliya Rajasa, putri dari Menko Perekonomian 2009–2014 M. Hatta Rajasa.
Baca Juga: Kopi Pagi: Pemimpin Harus Tegas, Rakyat Menunggu Keberpihakan
Peristiwa itu bukan sekadar pernikahan, melainkan juga penanda bersatunya dua trah politik penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.