Sementara obligasi, terutama yang diterbitkan perusahaan swasta, tidak selalu mudah diperjualbelikan di pasar sekunder.
Artinya, jika investor butuh dana mendesak, saham lebih cepat dikonversi menjadi uang tunai dibanding obligasi.
3. Risiko Gagal Bayar
Pada obligasi, risiko terbesar adalah default atau gagal bayar. Jika penerbit obligasi tidak mampu membayar kupon atau melunasi pokok pinjaman, investor bisa merugi.
Sementara pada saham, risiko utama terletak pada kinerja perusahaan. Jika perusahaan mengalami kerugian, harga saham bisa turun drastis.
Namun, tidak ada risiko gagal bayar karena saham bukan instrumen utang, melainkan kepemilikan.
Bagi pemula yang belum memahami analisis saham, obligasi bisa menjadi pilihan aman.
Dengan investasi Rp10 juta, investor sudah bisa menikmati pendapatan rutin tanpa khawatir kehilangan modal.
Namun, jika sudah memahami laporan keuangan, mampu menganalisis pasar, dan percaya bisa meraih imbal hasil lebih tinggi dari 6 persen per tahun, saham dapat menjadi instrumen yang lebih menguntungkan.
Disclaimer: Informasi dalam artikel ini bersifat edukatif dan umum. Bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi langsung.
Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca, disarankan untuk melakukan analisis mendalam atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil langkah finansial.