Setelah dipotong pajak 10 persen, hasil bersihnya sekitar Rp531 ribu per tahun atau Rp44.250 per bulan. Di akhir tenor, modal Rp10 juta akan dikembalikan penuh.
Dengan kata lain, obligasi menawarkan pendapatan pasif yang stabil, minim risiko, serta dijamin oleh negara.
Baca Juga: Cara Investasi Emas Digital di DANA, Mudah dan Cuan!
Apa Itu Saham?
Berbeda dengan obligasi, saham adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Membeli saham berarti ikut memiliki bisnis tersebut. Keuntungan investasi saham berasal dari dua sumber yakni capital gain (kenaikan harga saham) dan dividen (pembagian laba perusahaan).
Namun, investasi saham juga memiliki risiko tinggi. Harga saham berfluktuasi, tidak semua perusahaan membagikan dividen, dan potensi kerugian bisa muncul jika pemilihan saham dilakukan tanpa analisis yang matang.
Perbandingan Risiko Investasi Saham dan Obligasi
Adapun perbandingan risiko antara saham dan obligasi yang perlu Anda ketahui.
1. Risiko Harga
Saham dikenal memiliki tingkat fluktuasi harga yang tinggi. Pergerakan harga saham bisa dipengaruhi oleh kondisi pasar, kinerja perusahaan, isu global, hingga sentimen investor.
Hal ini membuat keuntungan saham bisa sangat besar, namun potensi kerugiannya pun sebanding.
Sementara itu, obligasi cenderung lebih stabil karena imbal hasilnya sudah ditentukan sejak awal.
Meski tetap ada risiko penurunan harga pasar, obligasi relatif lebih aman untuk investor dengan profil risiko konservatif.
2. Risiko Likuiditas
Dari sisi likuiditas, saham umumnya lebih unggul. Investor bisa dengan cepat membeli atau menjual saham melalui bursa.