Tahun politik sudah lewat, beda tafsir dan pandangan kita hormati sebagai dinamika demokrasi. Tetapi, satu hal, jangan lantas larut dalam atraksi politik yang mengunggah perseteruan berpotensi pembelahan.
Tantangan ke depan kian berat. Ada yang berpendapat negara kita tidak saja ikut terdampak perang dagang dunia, tetapi sudah menjadi bagian di dalamnya.
Karena itu diplomasi ekonomi perlu diperkuat lagi, selain politik luar negeri yang bebas aktif di panggung dunia sebagai jati diri bangsa.
Ini selaras dengan kebijakan politik luar negeri kita yang diarahkan pula guna mendorong pencapaian program Astacita. Tak terkecuali meningkatkan daya saing Indonesia di panggung dunia.
Kita optimis negara kita mampu meningkatkan daya saing karena memiliki modal dasar yang kuat.
Sering disebut keunggulan mutlak, yakni kekayaan seni dan budaya yang tak dimiliki negara lain karena keberagamannya, juga kekayaan sumber daya alam yang luar biasa yang acap membuat iri negara lain.
Baca Juga: Kopi Pagi: Adil untuk Semua
Cukup banyak produk barang dan jasa bangsa kita yang tidak dimiliki negara lain baik di bidang industri pertanian maupun perdagangan, dan lebih - lebih di sektor seni dan budaya.
Melalui keunggulan mutlak ini Indonesia memiliki posisi tawar yang cukup tinggi dalam perdagangan dunia, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Yang terpenting, bukan hanya merawat keunggulan, tetapi harus mampu memajukan dan mengembangkan keunggulan alami menjadi keunggulan baru yang modern. Selain, menciptakan keunggulan baru, sebagai sebuah kreasi yang sesuai dengan eranya.
Langkah ini menjadi faktor penting jika bangsa Indonesia tidak ingin tergilas oleh perkembangan zaman, perubahan dunia yang begitu cepat berpacu ke seluruh penjuru negeri.
Tanpa langkah dimaksud, kita akan terkena imbas gempuran perang dagang dunia babak baru.