Kondisi ini semakin menguatkan dugaan bahwa dirinya telah diserahkan ke kelompok kriminal untuk dieksploitasi.
Pengakuan Disiksa dan Dipaksa Menipu Online
Dalam komunikasi terbatas dengan keluarga, Riski mengaku diawasi ketat dan hanya dapat menghubungi keluarganya secara sembunyi-sembunyi, biasanya dari kamar mandi.
Ia menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, tetapi tetap dipaksa bekerja berjam-jam.
Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi, Semburkan Awan Panas Hingga 8,5 KM
Ketika tidak memenuhi target harian, Riski mengaku mendapatkan kekerasan fisik. Bentuk siksaan termasuk hukuman push-up ratusan kali hingga mengangkut galon ke lantai sepuluh.
Kesaksian tersebut disampaikan Imas dengan suara bergetar karena mencemaskan keselamatan cucunya.
Langkah Keluarga dan Permintaan Bantuan Pemerintah
Setelah memastikan kondisi Riski yang sangat mengkhawatirkan, keluarga segera menempuh jalur resmi.
Laporan disampaikan ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bandung serta Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI). Kedua lembaga ini menjadi fasilitator awal dalam penanganan kasus TPPO.
Selain itu, keluarga juga berupaya meminta bantuan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, agar proses pemulangan Riski dari Kamboja dapat dipercepat.
Harapannya pemerintah pusat dan perwakilan Indonesia di luar negeri dapat segera mengambil tindakan untuk menjamin keselamatan korban.
Dari informasi terbaru yang beredar, kini Riski sudah berada di KBRI Kamboja untuk segera dipulangkan kembali ke Indonesia.
Kasus ini menjadi peringatan serius tentang maraknya modus perekrutan palsu yang mengincar anak muda, terutama yang memiliki impian berkarier di dunia olahraga.
