Kopi Pagi: Menyatu dengan Alam

Kamis 18 Sep 2025, 09:25 WIB
Kopi Pagi: Menyatu dengan Alam (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi: Menyatu dengan Alam (Sumber: Poskota)

Baca Juga: Kopi Pagi: “Empat Aksi” Merespons Situasi

Hasil studi sejumlah akademisi menyebutkan kekeringan terjadi karena daerah resapan yang kian berkurang akibat makin sedikitnya pohon yang ditanam. Di sisi lain, peralihan lahan pertanian menjadi industri tidak dibarengi dengan lahan pengganti.

Data menyebutkan setiap tahun rata – rata 16 ribu hektar alih fungsi lahan pertanian. Sementara kehilangan hutan jumlahnya lebih besar lagi, mencapai ratusan ribu hektar per tahun.

Perilaku tidak hemat air, juga ikut andil menjadi penyebab kekeringan. Memang air bekas pakai, yang kita buang akan meresap dalam tanah menjadi sumber air baru. Sayangnya tidak semua air dapat meresap dalam tanah karena tidak cukup tersedia daerah resapan. Akibatnya sebagian air buangan akan menguap terkena sinar matahari. Siklus demikian yang terus berlanjut membuat sumber air kian berkurang.

Belum lagi efek perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang perlu diantisipasi dan diwaspadai karena kekeringan kian meningkat, ancaman kekurangan air semakin nyata.

Kuncinya ada pada kita semua bagaimana menyeimbangkan pola hidup serasi dan bersahabat dengan lingkungan. Menyatu dengan alam, bukan merusaknya.

Pentingnya harmonisasi antara manusia dan alam sekitar serta sesama untuk menciptakan keindahan, keselamatan dan kebahagian bersama. Dalam pepatah bahasa Jawa disebut “Memayu hayuning bawana.”

Ini bisa dimulai sejak dini melalui kebiasaan (habit) dari lingkungan terkecil, keluarga hingga lebih luas lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengeluarkan kebijakan peduli lingkungan, bukan merusaknya.

Alih fungsi lahan tidak boleh semena – mena, hanya demi pembangunan fisik. Pembangunan infrastruktur hendaknya tak semata fokus mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen, tanpa mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungannya. Tidak abai terhadap keberlangsungan kualitas kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya, rusaknya sumber - sumber air bagi kehidupan.

Banjir bandang dan tanah longsor misalnya terjadi karena tidak menjaga keseimbangan lingkungan dengan semakin sempitnya ruang terbuka hijau sebagai resapan air. Banyak bangunan penunjang pariwisata hingga perumahan berdiri di wilayah terlarang seperti sempadan sungai dan kawasan persawahan.

Baca Juga: Kopi Pagi: Jujurlah Koreksi Diri

Peduli lingkungan perlu kebijakan konkret, bukan sebatas gerakan moral berupa ajakan dan imbauan pemerintah, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.


Berita Terkait


undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Erosi Legitimasi

Kamis 04 Sep 2025, 06:55 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Jujurlah Koreksi Diri

Senin 08 Sep 2025, 06:00 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Arah Demokrasi Kita

Senin 15 Sep 2025, 06:29 WIB

News Update