Usup mengatakan di Indonesia sendiri memiliki hampir 400 jenis ular, dan sekitar 10 persen di antaranya berbisa. Usup mengingatkan, masyarakat awam sebaiknya memperlakukan semua jenis ular sebagai berbahaya.
Hal ini ia katakan sebagai bentuk kewaspadaan terhadap hewan reptil tersebut.
“Kalau ketemu ular, jangan panik. Diam, observasi, lalu segera hubungi Damkar atau pihak yang berkompeten,” tuturnya.
Baca Juga: Masuk Musim Hujan, Damkar Bekasi Imbau Warga Waspadai Kemunculan Ular
Usup juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar tidak mengundang mangsa ular, seperti tikus.
“Sampah bisa mengundang tikus, sementara tikus adalah mangsa ular. Jadi jangan biarkan barang bekas menumpuk karena bisa jadi tempat persembunyian ular,” ucap dia.
Eko Budi Santoso, anggota Rescue Kompi B Disdamkarmat Kota Bekasi, juga mengatakan hal yang sama. Ia menjelaskan meningkatnya kasus ular masuk rumah warga salah satunya akibat hilangnya habitat alami satwa melata tersebut.
“Yang pertama, habitatnya memang sudah tidak ada. Kedua, rantai makanan atau predator di atasnya mulai hilang atau hampir punah. Seperti biawak, sekarang kan banyak dimakan sama manusia,” katanya.
Meski begitu, Eko menegaskan hingga kini Disdamkarmat Kota Bekasi belum pernah menerima laporan warga yang terkena gigitan ular. Namun, keberadaan ular kerap merugikan warga karena memangsa hewan ternak.
“Kalau laporan warga tergigit ular sejauh ini belum ada. Tapi ular-ular itu sering memangsa ayam atau hewan peliharaan warga,” ujar dia.
Ia pun mengimbau masyarakat agar tetap tenang bila menemukan ular. Eko mengatakan langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memantau pergerakan ular, sehingga posisi hewan itu jelas ketika petugas datang.