Sejarawan: Mentalitas Feodalistik Masih Mengakar dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia, Korupsi dan Judi Dinilai sebagai Cerminan Sosial

Senin 18 Agu 2025, 18:53 WIB
Warga berolahraga saat hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu, 27 Juli 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Warga berolahraga saat hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu, 27 Juli 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Fenomena sosial seperti judi daring (judol) dan perjudian tradisional, menurutnya, juga mencerminkan persoalan psikologis masyarakat yang masih rentan.

“Mereka yang terima bansos akhirnya judol. Ada persoalan psikologi orang miskin. Dia dikasih sedikit, ada ruang di mana membayangkan bisa mendapatkan banyak,” kata Anhar.

Ia menyebutkan, pola pikir masyarakat masih terpengaruh warisan kolonialisme. “Memang iya. Dalam arti bahwa hal-hal tertentu daripada sikap kita, kita masih bersikap rakyat jajahan, bersikap rakyat feodalistik. Itu fakta kok. Sehari-hari kamu bisa lihat,” ujarnya.

Baca Juga: Polemik Pemakzulan Wapres Gibran, Pakar Hukum Tata Negara Sebut Impeachment Bukan Pemakzulan, Tapi Gugatan Konstitusional

Anhar menekankan pentingnya pendidikan sebagai jalan keluar. “Ini yang harus pemerintah lewat departemen pendidikan harus berusaha bagaimana memasukkan hal-hal yang bersifat demokratis itu di kalangan pendidik.

Kalau tidak, bullying dan masalah sosial lainnya akan terus berkembang dan tidak akan membuat kita lebih baik,” kata dia.


Berita Terkait


News Update