Ini bukan sekadar soal kebisingan, tapi tentang menghargai hak orang lain untuk hidup dengan tenang.
Polusi Suara adalah Polusi Jiwa
Dalam khutbah tersebut, Ustadz Ajie Najmuddin menekankan bahwa kebisingan berlebihan dari sound horeg bisa digolongkan sebagai polusi suara yang berbahaya. Sama halnya dengan pencemaran lingkungan, polusi suara juga merusak kualitas hidup manusia.
Tidak sedikit warga yang merasa tertekan secara psikologis karena gangguan suara. Efeknya bisa berupa:
- Gangguan tidur berkepanjangan
- Tekanan darah tinggi
- Peningkatan stres
- Gangguan tumbuh kembang bayi
- Trauma suara untuk anak kecil
Dari sisi hukum Islam, ini berhubungan langsung dengan larangan menzalimi sesama makhluk Allah.
Sound Horeg dan Potensi Kezaliman
Salah satu hadits Qudsi yang populer berbunyi:
"Wahai para hamba-Ku, sungguh Aku haramkan kezaliman pada Dzat-Ku, dan Aku jadikan kezaliman itu sebagai perilaku yang diharamkan di antara kalian. Karenanya janganlah kalian saling menzalimi." (HR Muslim).
Maka tindakan yang mengganggu, merusak, atau menyakiti warga sekitar, apalagi hanya untuk hiburan segelintir orang, jelas tergolong perbuatan zalim.
Islam mendorong keseimbangan antara hak pribadi dan kewajiban sosial. Bahkan dalam hal makan pun, berlebihan disebut makruh hingga haram. Apalagi jika bentuk berlebihan itu menghasilkan kerusakan nyata terhadap lingkungan sosial.
Kerusakan yang Mengalahkan Manfaat
Seringkali argumen pembela sound horeg adalah soal kebudayaan lokal, kreativitas anak muda, dan kebebasan berekspresi. Namun kaidah fiqih Islam jelas menegaskan:
“Mencegah kerusakan harus lebih diutamakan daripada mengambil manfaat.”
(Dar’ul Mafasid Muqaddamun ‘ala Jalbil Mashalih)
Jika manfaat dari hiburan ini hanya dirasakan oleh segelintir panitia atau komunitas, tapi kerugiannya meluas—baik secara fisik, sosial, maupun psikologis maka secara moral dan syar’i, kegiatan ini harus dikritisi dan dikendalikan.
Solusi dan Etika Sosial: Bijak dalam Berekspresi
Fenomena ini memberi pelajaran penting bahwa setiap bentuk ekspresi publik, terutama yang bersifat fisik dan massal seperti parade sound system, harus berlandaskan etika sosial. Solusi yang bisa dikedepankan antara lain:
- Penetapan zona khusus untuk kegiatan sound horeg jauh dari pemukiman
- Batasan desibel yang diizinkan oleh aparat
- Pengawasan ketat dari pemerintah desa
- Edukasi publik soal dampak polusi suara
- Kampanye empati sosial lewat media sosial