Mayoritas masyarakat menerima penghasilan dalam bentuk uang fiat. Tanpa diversifikasi aset, mereka sepenuhnya bergantung pada nilai mata uang yang rentan inflasi.
- Bank Sentral Mencetak Uang Lebih Banyak
Ketika bank sentral mencetak uang baru, entah untuk stimulus ekonomi atau menutup defisit—jumlah uang beredar meningkat. Jika tidak diimbangi produktivitas, inflasi tak terhindarkan.
- Harga Aset Melambung Tinggi
Uang berlebih di pasar mendorong kenaikan harga aset seperti properti, saham, dan emas. Akibatnya, masyarakat yang belum memiliki aset kesulitan membeli karena harganya semakin mahal.
- Daya Beli Uang Fiat Melemah
Inflasi menggerus nilai uang. Uang Rp1 juta hari ini tidak akan sama nilainya lima tahun mendatang. Bagi pekerja bergaji tetap, ini berarti kemampuan membeli kebutuhan pokok terus menurun.
- Ketidakmampuan Membeli Aset
Dengan harga aset yang terus naik dan daya beli yang turun, masyarakat miskin dan kelas menengah sulit memiliki properti atau instrumen investasi. Mereka terjebak dalam lingkaran hidup dari gaji ke gaji.
- Pemilik Aset Semakin Kaya
Di sisi lain, mereka yang sudah memiliki aset mendapat keuntungan dari kenaikan harga. Nilai kekayaan mereka bertambah tanpa harus bekerja lebih keras, sementara kelompok miskin semakin tertinggal.
- Jurang Ketimpangan yang Tak Terjembatani
Tanpa intervensi kebijakan yang tepat, siklus ini terus berputar: yang kaya makin kaya, yang miskin makin sulit keluar dari kemiskinan.
Baca Juga: Timothy Ronald Ungkap Strategi Sukses 10 Kali Lebih Cepat dengan Cara Ini, Simak Penjelasannya
Bagaimana Memutus Rantai Ini?
Timothy Ronald menyarankan beberapa langkah untuk menghadapi dilema ini:
- Edukasi Finansial: Masyarakat perlu memahami instrumen investasi seperti emas, properti, atau saham untuk melindungi kekayaan dari inflasi.
- Diversifikasi Pendapatan: Tidak bergantung hanya pada gaji, tetapi mencari sumber penghasilan lain.
- Reformasi Kebijakan Moneternya: Pemerintah dan bank sentral harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari pencetakan uang.
Beberapa ekonom berargumen bahwa uang fiat tetap diperlukan untuk fleksibilitas kebijakan ekonomi, terutama dalam menghadapi resesi. Namun, Timothy menegaskan bahwa tanpa pengawasan ketat, sistem ini hanya menguntungkan segelintir orang.
Analisis Timothy Ronald ini menyoroti sisi gelap sistem moneter modern. Jika tidak ada perubahan, siklus kemiskinan akan terus berlanjut, memperlebar ketimpangan yang sudah ada. Masyarakat perlu lebih kritis dan proaktif dalam mengelola keuangan demi masa depan yang lebih stabil.