“Selama saya masih sehat, saya mau terus bermanfaat. Kalau ilmu ini bisa jadi ladang ibadah, kenapa harus disia-siakan?” ujarnya.
Ia menekankan, keberkahan mengajar bukan dari tunjangan atau sertifikasi, melainkan dari ketulusan hati.
“Kalau sekarang banyak tunjangan, banyak sertifikasi. Tapi justru semangatnya yang harus diingatkan. Jangan cuma mengejar materi, tapi niatkan sebagai ibadah,” pesannya.
Untuk para guru honorer, ia menyemangati agar tak berhenti berjuang.
“Yang penting jangan menyerah. Terus belajar, ikut PPG, P3K, dan jangan pernah berhenti mencintai dunia pendidikan. Karena bangsa ini akan rusak kalau akhlaknya rusak. Dan akhlak itu kan dibentuk dari pendidikan,” ucapnya tegas.
Lebih dari empat dekade mengabdi, Suamirah membuktikan bahwa kekuatan pendidikan bukan pada gedung mewah atau kurikulum, melainkan pada ketulusan guru yang mencintai murid-muridnya. (cr-3)