Baca Juga: Jejak Sejarah Pecinan Glodok, Pusat Perdagangan dan Budaya Tionghoa Sejak Abad ke-17
Tantangan Terbuka pada Bayangan Hercules
Dalam sebulan, empat wilayah parkir berpindah tangan. Empat preman lokal menghilang, dan kelompok baru Daeng Malik, Laskar Kalajengking, menguasai setoran keamanan. Namun, di tengah ketakutan, mulai terdengar nama lama: Hercules Rosario Marshall.
Beberapa preman senior berbisik "Kalau Hercules balik, Daeng Malik tak akan sempat siapin pasukannya.”
Tapi Daeng Malik tak gentar. Ia bahkan mengecat mural wajah Hercules di dinding, disilang merah sebagai tantangan terbuka.
Hercules, mantan raja Tanah Abang, diam saja. Tubuhnya lebih kecil, kaki kanannya terseret, dan tangan kanannya sudah tak sempurna, tapi matanya masih menyala seperti arang.
Menuju Klimaks: Malam Berdarah Blok F
Awal Maret 2007, Tanah Abang menjadi panggung ketegangan. Pedagang, preman, bahkan polisi menahan napas. Semua tahu, dua nama besar akan bertarung. Daeng Malik yang kehilangan kendali semakin brutal. Sore hari, ia memukul sendiri pedagang yang menolak setor.
Malam itu, di Blok F, dua kelompok besar bentrok. Tak ada wartawan, tak ada polisi. Hanya pisau, besi, teriakan, dan bau darah.
Daeng Malik maju paling depan, memegang badik dan sebatang besi. Tubuhnya penuh luka lama. Di hadapannya, Hercules mendekat perlahan, hanya dengan tangan kiri memegang rantai besi.
Tanpa aba-aba, mereka saling menerjang. Badik menebas paha, rantai menghantam bahu, pasir dilempar ke mata. Duel brutal raja jalanan. Dalam satu momen, Hercules lilitkan rantai ke leher Daeng, menjatuhkannya, dan menancapkan pisau ke leher. Darah muncrat. Malam sunyi jadi saksi kejatuhan Daeng Malik.
Baca Juga: 4 Rumah di Cengkareng Jakbar Hangus Terbakar
Setelah Badai: Tenang yang Menyimpan Bayangan
Dalam beberapa minggu, Tanah Abang kembali tertata. Kalajengking tercerai-berai. Sebagian jadi tukang parkir, sebagian kabur ke luar kota. Nama Daeng Malik hanya jadi bisikan.
Dua minggu kemudian, Hercules juga menghilang. Konon dirawat diam-diam di rumah sakit militer, ada pula yang bilang ia sembunyi di Cengkareng. Namun, ia tak pernah benar-benar kembali memimpin.