Sejarah Palmerah Jakarta Barat, Dari Patok Merah Hingga Menjadi Simpul Transportasi Penting

Sabtu 05 Jul 2025, 20:20 WIB
Kawasan Palmerah Jakarta Barat siang hari. (Sumber: stekom.ac.id)

Kawasan Palmerah Jakarta Barat siang hari. (Sumber: stekom.ac.id)

POSKOTA.CO.ID - Palmerah kini menjadi salah satu kawasan terpadat di Jakarta Barat, ternyata menyimpan banyak catatan sejarah sejak masa kolonial Belanda.

Nama Palmerah sendiri memiliki arti yang cukup unik. Konon kata "Pal" merujuk pada patok atau batas wilayah, sedangkan "Merah" menggambarkan warna patok tersebut.

Pada masa lampau, patok merah ini dijadikan sebagai penanda batas wilayah Batavia (nama lama Jakarta) menuju arah Bogor.

Kawasan ini juga menjadi jalur utama bagi Gubernur Jenderal Belanda yang kerap melakukan perjalanan dinas ke Istana Bogor, sembari singgah untuk mengganti atau mengistirahatkan kereta kuda mereka di sekitar Pos Pengumben.

Baca Juga: Siapa Abang Poa? Menelisik Jejak Sejarah dan Kejayaan Pasar Tanah Abang Jakarta

Jejak Sejarah dari Permata Hijau Hingga Palmerah

Dilansir dari kanal YouTube Pawiro Channel, perjalanan dimulai dari Permata Hijau, kawasan perumahan elit di Jakarta Selatan. Dari sini, kita menyusuri jalan yang mengarah ke Palmerah melalui Jalan Tentara Pelajar.

Di sisi jalan tampak rel kereta api yang menjadi jalur penting penghubung dari Tanah Abang hingga Rangkasbitung. Jalur ini pertama kali dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1899, sebagai bagian dari upaya meningkatkan konektivitas antara Batavia dan Banten

Palmerah bukan hanya dikenal sebagai kawasan padat penduduk, tetapi juga menjadi rumah bagi kelompok media, seperti Kompas Gramedia, Tempo, bahkan Poskota.

Di kawasan ini pula berdiri hotel, pusat perbelanjaan, dan jalur tol yang semakin memperkuat posisi Palmerah sebagai salah satu pusat aktivitas bisnis dan informasi di Jakarta.

Baca Juga: Mengenal Monumen Patung Jenderal Sudirman di Jakarta: Simbol Kepahlawanan dan Perjuangan

Tidak jauh dari pusat perkantoran tersebut, berdiri Stasiun Palmerah, yang dibangun pada era kolonial. Meski bernama Palmerah, stasiun ini terletak di perbatasan Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat dan Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Saat ini Stasiun Palmerah melayani KRL Commuter Line rute Tanah Abang-Rangkasbitung, menjadi simpul penting bagi mobilitas warga.

Sejak tahun 2018, Stasiun Palmerah juga resmi menghapus penjualan tiket single trip untuk mendukung penggunaan kartu multi-trip dan kartu elektronik bank. Kebijakan ini diterapkan demi meningkatkan efisiensi dan mengurangi antrean penumpang.

Jalur dan Infrastruktur di Sekitar Palmerah

Melanjutkan perjalanan, kami melintasi Jalan Palmerah Barat, sebuah jalur yang selalu ramai oleh lalu lintas kendaraan, para pedagang, serta warga yang beraktivitas. Jalan ini menjadi akses utama yang menghubungkan kawasan Tanah Abang, Slipi, Kebon Jeruk, hingga Kebayoran Lama.

Di bawah flyover Slipi, terlihat rel kereta api yang sudah menjadi bagian dari sejarah panjang transportasi Jakarta sejak akhir abad ke-19. Rel ini awalnya hanya memiliki satu jalur, namun kemudian diperluas menjadi empat jalur untuk mendukung semakin tingginya volume penumpang.

Seiring berjalannya waktu, Palmerah berkembang dari sekadar kawasan perlintasan menjadi pusat aktivitas perdagangan, hunian, hingga pendidikan.

Baca Juga: Muhammad Gian Gandana Sukma Anak Siapa? Sekdes Viral Usai Korupsi Dana Desa untuk Beli Diamond Mobile Legends

Pasar Tradisional Hingga Ikon Modern

Selain menjadi simpul transportasi, Palmerah juga dikenal dengan keberadaan pasar tradisional yang telah ada sejak lama. Pasar ini menyediakan aneka kebutuhan harian, mulai dari sayuran segar, buah-buahan, daging, hingga produk kebutuhan rumah tangga.

Di tengah gempuran pusat perbelanjaan modern, pasar tradisional di Palmerah tetap menjadi pilihan banyak warga karena harga yang lebih terjangkau dan suasana yang lebih akrab.

Kawasan Palmerah juga menjadi titik penting bagi para komuter yang bekerja di pusat kota. Akses yang mudah menuju tol dalam kota, serta dekat dengan kawasan bisnis Senayan dan Slipi, menjadikan Palmerah sebagai lokasi strategis untuk hunian maupun usaha.

Keunikan Palmerah terletak pada kemampuannya memadukan sejarah panjang dengan dinamika kota modern.

Di satu sisi, terdapat gedung-gedung perkantoran modern dan jaringan transportasi yang terintegrasi. Di sisi lain, masih berdiri pasar tradisional dan jalur kereta api peninggalan Belanda yang terus melayani masyarakat hingga kini.

Perjalanan ini menjadi pengingat bahwa perkembangan kota tidak lepas dari jejak sejarah masa lalu. Palmerah adalah bukti nyata bagaimana peninggalan kolonial tetap memiliki fungsi vital, bahkan setelah lebih dari satu abad berlalu.


Berita Terkait


News Update