Wilmar Group Kembalikan Dana Korupsi Ekspor CPO Rp11,8 Triliun, Intip Pemilik Perusahaan Minyak Goreng Raksasa Ini

Rabu 18 Jun 2025, 13:58 WIB
Potret uang sitaan kasus korupsi ekspor CPO Wilmar Group. (Sumber: X/jaksapedia)

Potret uang sitaan kasus korupsi ekspor CPO Wilmar Group. (Sumber: X/jaksapedia)

POSKOTA.CO.ID - Perusahaan raksasa minyak goreng, Wilmar Group mengembalikan dana kepada negara sebesar Rp11,8 triliun dalam kasus korupsi ekspor CPO.

Dana tersebut disita oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) dari lima anak perusahaan Wilmar Group.

Mencuatnya kasus ini membuat publik bertanya-tanya siapa pemilik perusahaan dan apa yang akan dilakukan oleh negara terhadap dana tersebut.

Sebagai tambahan informasi, lima anak perusahaan yang ditetapkan sebagai terdakwa atas kasus dugaan korupsi ekspor crude palm oil (CPO) atau bahan baku untuk minyak goreng ini adalah:

Baca Juga: Kejaksaan Agung Sita Rp11,8 Triliun dalam Kasus Korupsi Ekspor CPO

  • PT Multimas Nabati Asahan
  • PT Multinabati Sulawesi
  • PT Sinar Alam Permai
  • PT Wilmar Bioenergi Indonesia
  • PT Wilmar Nabati Indonesia

Kerugian itu terdiri dari kerugian keuangan negara, ilegal gain dan kerugian perekonomian negara, total Rp11.880.351.619,” ujar Direktur Penuntutan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Dirtut Jampidsus), Sutikno.

Siapa Pemilik Wilmar Group?

Wilmar Group didirikan oleh Kuok Khoon Hong dan Martua Sitorus pada 1991. Perusahaan ini bergerak di sektor agribisnis dan minyak sawit.

Wilmar didirikan pertama kali dengan modal awal 100.00 dolar Singapura dengan nama Wilmar Trading Pte Ltd di Singapura dan saat itu hanya memiliki lima karyawan.

Baca Juga: Fakta di Balik Dugaan Kasus Korupsi Pengadaan Laptop Chromebook Senilai Rp9,9 Triliun: Klarifikasi Lengkap Nadiem Makarim ke Deddy Corbuzier

Tak lama, Wilmar mendirikan perkebunan kelapa sawit pertamanya di Sumatera Barat seluas 7.000 hektar melalui PT Agra Masang Perkasa (AMP).

Selanjutnya, perusahaan minya ini melakukan ekspansi kilang dan mengakuisisi pabrik di berbagai daerah di Sumatera.

Di awal tahun 2000-an, Wilmar mulai memasarkan produk minyak goreng mereka sendiri seperti Sania.

Kemudian di tahun 2005, mereka mengakuisisi PT Cahaya Kalbar Tbk, produsen lemak dan minyak khusus industri makanan.

Baca Juga: Asyifa Latief Diperiksa Kejagung, Miss Indonesia 2010 Diduga Terseret Kasus Korupsi Pertamina Rp193,7 T

Selanjutnya di tahun 2006, pergantian nama dilakukan dari Wilmar Trading Pte Ltd menjadi Wilmar International Limited dan melantai di Bursa Singapura.

Saat ini, Wilmar Group menjadi salah satu pemain utama dalam industri kelapa sawit global.

Total lahan tanam yang dimiliki mencapai 232.053 hektar, dan sebanyak 65 persen berada di Indonesia.

Lokasi perkebunan mencakup Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Baca Juga: Bos Sinar Mas Mangkir Lagi dari Panggilan KPK dalam Kasus Korupsi Taspen

Sebagian lagi berada di Malaysia, Uganda, dan Afrika Barat.

“Perkebunan kami berlokasi di Sumatera, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (wilayah selatan), sedangkan di Malaysia berada di Sabah dan Sarawak,” keterangan Wilmar dikutip Rabu, 18 Juni 2025.

Selain itu, Wilmar juga mengelola lebih dari 35.000 hektar lahan yang dikelola oleh petani kecil dan menjadi mitra petani di Afrika dan Indonesia.

Beberapa produk hasil olahannya pun tersebar di Indonesia seperti Sania, Fortune, Siip, serta Sovia.

Baca Juga: KPK Ungkap Peran Ridwan Kamil dalam Kasus Korupsi Bank BJB, Ditengah Isu Perselingkuhannya dengan Lisa Mariana

Tak hanya itu, Wilmar juga memiliki lini bisnis pangan lain seperti beras, tepung, mie, hingga bumbu masak.

Bahkan di sektor pupuk, Wilmar termasuk produsen terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 1,2 juta metrik ton per tahun.

“Bisnis pupuk diarahkan ke sektor kelapa sawit, sejalan dengan salah satu bisnis inti Wilmar,” keterangan Wilmar.

Baca Juga: KPK Tahan Dua Tersangka Kasus Korupsi Kredit LPEI ke PT Petro Energi

Profil Kuok Khoon Hong

Nama Kuok Khoon Hong nyaris tak pernah disebut dan terdengar di panggung politik.

Ia bukan menteri juga bukan seorang ketua korporasi. Tetapi ia mengendalikan salah satu perushaan yang terbesar di Asia.

Di tangan Kuok, perusahaan Wilmar menjelma menjadi lengan ekonomi yang menjulur dari perkebunan-perkebunan di Sumatra dan Kalimantan, pabrik-pabrik penyulingan minyak di Cina, hingga rak-rak supermarket di Afrika.

Wilmar tak hanya mengolah sawit, tapi juga mengatur distribusi, perdagangan, dan ekspornya.

Kuok berasal dari keluarga pedagang minyak yang lahir dan besar di Singapura. Ia menyandang nama besar dari pamannya, Robert Kuok, taipan asal Malaysia yang dijuluki “Raja Gula Asia.”

Tapi Kouk Khoon Hong menempuh jalannya sendiri. Setelah lulus dari Universitas Nasional Singapura, ia meniti karier di bidang perdagangan minyak sawit.

Ia kemudian menjalin kemitraan bisnis dengan pengusaha asal Sumatera Utara, Martua Sitorus, yang menjadi sahabat sekaligus mitra strategis.

Wilmar mulai berkembang menjadi perusahaan raksasa dan tersebar di seluruh dunia melalui anak-anak perusahaannya.

Jejak Wilmar di Indonesia mengakar kuat di jalur distribusi minyak goreng yang belakangan membuat nama perusahaan tersebut terseret dalam pusaran kasus korupsi ekspor CPO senilai Rp11,8 triliun.

Ketika Kejaksaan Agung menggelar konferensi pers pada Selasa, 17 Juni 2025, perhatian publik tersedot ke tumpukan uang bernilai miliaran yang membentuk lingkaran mengelilingi meja juru bicara dan nama Wilmar muncul ke permukaan.

Warganet Pertanyakan Uang Sitaan

Banyak warganet yang mempertanyakan bagaiman uang sitaan itu akan digunakan. Sebab, tampak tumpukan uang yang menggunung dengan nilai fantastis ditampilkan ke publik.

“Mau tahu dong duit dipake buat apa aja sama negara nantinya,” kata warganet.

“Ini uang apa? jualan CPO tahun berapa?,” tanya warganet.

“Di hukum mati enggak ya koruptornya?,” ucap warganet.

Perbincangan mengenai Wilmar Group serta kasus korupsi ekspor CPO ini masih terus menjadi sorotan.


Berita Terkait


News Update