POSKOTA.CO.ID - Dua puluh tujuh tahun pasca reformasi 1998, berbagai bentuk ketidakadilan masih terus hadir, kini dalam wujud modernisasi teknologi.
Para pengemudi ojek online (ojol) menjadi salah satu kelompok yang merasakan dampak dari relasi kerja yang timpang di balik kemajuan aplikasi transportasi digital.
Melihat situasi ini, Perkumpulan Aktivis 98 menyampaikan dukungan penuh terhadap aksi nasional yang akan digelar para pengemudi ojol pada 20 Mei 2025.
Baca Juga: Ojol Demo Besar-besaran Besok, KBDJ Pilih Tetap On Bid
Mereka menilai sistem kemitraan yang diterapkan oleh perusahaan aplikator seperti Gojek dan Grab hanyalah kedok yang menyembunyikan praktik eksploitasi terhadap para pengemudi.
Ketua Presidium Aktivis 98, M. Suryawijaya, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi para pekerja ojol yang disebut “mitra” namun tidak mendapat hak yang layak.
"Ini bukan sekadar soal tarif. Ini soal ketimpangan dan ketidakadilan struktural di era ekonomi digital," tegas Suryawijaya dalam keterangan tertulis yang diterima Poskota pada Senin, 19 Mei 2025.
Menurutnya, pemotongan pendapatan yang bisa mencapai 20 hingga 50 persen dilakukan tanpa transparansi, sementara tarif layanan ditentukan sepihak oleh algoritma perusahaan.
Baca Juga: 5 Tuntutan Ojol saat Demo Besar-Besaran di Jakarta
Tak hanya itu, para pengemudi tidak mendapatkan jaminan sosial, tidak memiliki ruang untuk menyampaikan aspirasi, dan bisa dinonaktifkan sewaktu-waktu tanpa kejelasan.
Perusahaan aplikator dinilai beroperasi seperti perusahaan transportasi konvensional yang mengendalikan arus mobilitas dan penghasilan pengemudi, namun enggan bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka.