Penting bagi semua, utamanya pejabat publik, figur publik, tokoh masyarakat untuk menjaga lisan/ perkataan dalam berkomunikasi sosial, terlebih di ruang publik.
Ada juga yang mengistilahkan lidah itu bagaikan pedang yang dapat melukai orang jika salah menggunakannya. Namun, pedang sangat bermanfaat, jika digunakan secara baik dan benar.
“Maknanya, salah ucap bisa sekarat, sementara benar dalam berucap akan selamat dunia akhirat,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Kalau saya mengartikan lidah tak bertulang itu bagaikan tinggi gunung seribu janji,lain di bibir,lain di hati,” tambah Yudi.
“Itu sih lirik lagu sindiran apa yang diucapkan, tak selaras dengan perbuatan. Ibarat janji politik yang tidak ditepati.Janjinya begitu manis, setelah jadi lupa akan janjinya atau pura – pura lupa,” kata Heri.
“Kalau saya beda lagi. Lidah tak bertulang itu berarti elastis, acap keseleo karena tidak menggunakan kata tepat sehingga menimbulkan ketersinggungan orang lain,” kata mas Bro.
“yang ini aku setuju. Gunakan kata yang tepat sesuai situasi agar tidak menimbulkan persoalan,” kata Heri.
“Masing – masing punya hak memberi tafsir soal lidah tak bertulang itu. Namun, intinya bagaimana kita semua menjaga lisan karena tadi lisan itu lebih tajam dari sebilah pedang,” ujar mas Bro.
“Karenanya gunakan lisan untuk kebaikan, bukan keburukan. Bukan untuk mencaci,membenci, mengolok- olok, bukan pula untuk menipu, menghasut, dan hal-hal buruk lainnya,,” kata Yudi.
“Cukup beralasan jika MUI mengajak seluruh masyarakat untuk selalu menjaga lisan dan keharmonisan dalam berinteraksi, baik di dunia maya maupun nyata. Tujuannya untuk menciptakan kedamaian dan kerukunan di tengah keberagaman,” jelas mas Bro.
“Tak sedikit tokoh hebat dunia jatuh karena salah ucap, karena salah memberikan pernyataan di depan publik. Sekalipun meminta maaf, tetapi tidak akan menghapus ucapan yang telah dilontarkan. Ucapan tidak bisa ditarik kembali karena terlanjur tersebar,” urai Heri.
“Karena itu carilah kata yang tepat sebelum berucap. Pilih kata-kata yang lemah lembut menyejukkan, bukan yang menyakitkan dan merendahkan, apalagi kepada orang belum kita kenal karakternya,” urai mas Bro.
“Betul Bro. Kita saja yang sudah begitu akrab tak pernah mengatakan kalian itu bego, nggak becus, apalagi kepada orang yang belum kita kenal,” kata Yudi.
“Boleh jadi di satu sisi benar-benar nggak becus. Tetapi, di banyak sisi yang lain lebih becus, ketimbang orang yang mengatakan tak becus” jelas mas Bro. (Joko Lestari).
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.