Kita sepakat, peran perempuan hendaknya dimaksimalkan dengan meningkatkan kualitas hidup melalui pemberian akses terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Juga perluasan kesempatan berpartisipasi dalam dunia politik dan pemerintahan.
Keterlibatan perempuan di parlemen hendaknya tak sekadar mengejar kuota 30 persen, tetapi lebih kepada memberikan peran dalam pengambilan keputusan dengan menempatkan perempuan pada pimpinan komisi,fraksi dan alat kelengkapan DPR lainnya. Begitu juga hendaknya di lembaga pemerintahan.
Dalam scope yang lebih kecil di lingkungan sekitar, dapat dipacu dengan mengembangkan ekonomi rakyat yang didasarkan kepada pembudidayaan kearifan potensi lokal.
Terlebih sejumlah studi menyebutkan banyak kelompok wanita di beberapa daerah yang sukses mengembangkan potensi lokal sebagai sumber penghasilan masyarakat. Kaum hawa telah membuktikan lebih tekun dan teliti mengelola dan menggerakkan kelompok petani, nelayan, koperasi, dan usaha rumahan yang berpeluang menambah penghasilan keluarga.
Sayangnya potensi ini belum maksimal dikembangkan menjadi gerakan massal yang didukung semua kalangan. Konsep yang tersaji, belum sepenuhnya terealisasi dalam praktik sehari-hari.
Baca Juga: Kopi Pagi: Hak Asasi – Kewajiban Asasi
Pemberdayaan perempuan bukan tuntutan, tetapi kebutuhan. Begitupun penguatan peran perempuan di segala sektor kehidupan. Dengan begitu, “Perempuan Berdaya dan Berkarya, Menuju Indonesia Emas 2045” sebagaimana tema peringatan Hari Ibu ke-97 tahun 2025 ini dapat termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Negara wajib hadir memberikan dukungan nyata memberdayakan perempuan di segala bidang pembangunan. Dunia akan memandang negara kita mulia jika sukses mengelola potensi perempuan dalam pembangunan, seperti dikatakan Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Ini membutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, tak hanya pemerintah pusat dan daerah, juga pihak swasta, pelaku ekonomi serta masyarakat, termasuk keluarga.
Meski begitu, situasi tak dapat dipungkiri, peran perempuan akan total dan maksimal jika mendapat dukungan penuh dari keluarga.Ini tak lepas dari kodratinya sebagai istri, ibu bagi anak- anaknya. Sesibuk apa pun dan secermalang apa pun jabatan yang disandang, keluarga tetap akan menjadi prioritas utama.
Baca Juga: Kopi Pagi: Rayakan Kejujuran
Itulah sebabnya muncul paradigma bahwa karier yang cemerlang bukan melulu soal pekerjaan ( profesi), tetapi sukses menjalani peran sebagai istri pendamping suami dan dan ibu rumah tangga yang baik.
