POSKOTA.CO.ID - Pernikahan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya yang telah berlangsung hampir tiga dekade menjadi salah satu kisah cinta publik figur yang paling dikenal di Indonesia.
Berawal dari pertemuan sederhana di Bandung pada 1994, keduanya membangun rumah tangga yang sarat nilai kesetiaan, perjuangan, dan kebersamaan.
Namun, setelah 29 tahun bersama, perjalanan itu memasuki babak baru seiring terdaftarnya gugatan cerai di Pengadilan Agama Bandung.
Perjalanan rumah tangga tokoh publik kerap menjadi cermin dinamika kehidupan keluarga modern. Hal inilah yang tercermin dalam kisah Ridwan Kamil dan Atalia Praratya, pasangan yang selama puluhan tahun dikenal harmonis dan inspiratif di mata masyarakat.
Panitera Pengadilan Agama (PA) Bandung, Dede Supriadi, mengonfirmasi bahwa perkara gugatan cerai antara Atalia Praratya dan Ridwan Kamil telah resmi terdaftar dan saat ini masih berada pada tahap awal persidangan. Proses hukum tersebut menandai fase baru dalam perjalanan pernikahan yang telah terjalin selama kurang lebih 29 tahun.
Baca Juga: Kisah Saksi Mata Detik-detik Penemuan Mayat Pria Tanpa Identitas di Gedung KNPI Bogor
Kabar ini menjadi perhatian publik bukan semata karena status Ridwan Kamil sebagai mantan Gubernur Jawa Barat, melainkan karena kisah cinta mereka selama ini kerap dipersepsikan sebagai simbol keteguhan rumah tangga yang dibangun atas dasar saling menghormati dan mendukung.
Awal Pertemuan yang Sederhana
Kisah Ridwan Kamil dan Atalia Praratya bermula di Bandung pada tahun 1994. Saat itu, Ridwan Kamil masih berstatus sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Pertemuan mereka terjadi secara sederhana, tanpa kemewahan ataupun skenario romantis yang berlebihan.
Dalam perjalanan awal tersebut, Ridwan Kamil harus menghadapi kenyataan bahwa Atalia merupakan sosok yang banyak diminati.
Persaingan datang dari berbagai latar belakang, mulai dari anggota TNI, kepolisian, hingga figur dengan posisi sosial yang mapan. Namun, alih-alih menempuh jalur kompetisi terbuka, Ridwan Kamil memilih pendekatan yang lebih personal dan penuh kesantunan.
Ia membangun kedekatan dengan keluarga Atalia, khususnya sang ibunda. Melalui percakapan ringan, kebiasaan berbagi cerita, dan kehadiran yang konsisten, Ridwan Kamil perlahan memperoleh kepercayaan keluarga. Pendekatan ini bukan sekadar strategi, melainkan cerminan pemahamannya akan pentingnya restu dan nilai kekeluargaan dalam membangun hubungan jangka panjang.
