Pelajar Curhat ke Wagub Rano Karno soal Bullying hingga Merokok di Usia Dini

Sabtu 22 Nov 2025, 20:21 WIB
Sejumlah siswa saat menyampaikan harapan ke Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno di Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu, 22 November 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: M Tegar Jihad)

Sejumlah siswa saat menyampaikan harapan ke Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno di Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu, 22 November 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: M Tegar Jihad)

JAKARTA,POSKOTA.CO.ID - Tiga siswa SD hingga SMP di Jakarta menyampaikan, unek-unek dan harapan mereka terkait maraknya kasus bullying, ketidakadilan terhadap anak perempuan, hingga perilaku merokok di usia dini.

Unek-unek itu disampaikan langsung kepada Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno, saat Kampanye Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 2025 di Balai Agung, Balai Kota Jakarta, pada Sabtu, 22 November 2025.

Raafi Hadyatma, siswa berusia 11 tahun, dari SDN Cipinang 10 Pagi menyampaikan keresahan tentang bullying yang masih marak terjadi di lingkungan sekolahnya. Bahkan, dia dan temannya pernah menjadi korban bullying karena kondisi fisiknya.

"Saya dan teman-teman saya suka di-bully karena adanya orang yang fisiknya kurang. Maka dari itu, kami jadi kurang percaya diri. Contohnya, dikatain gendut, pendek, hitam. Dampaknya adalah anak menjadi trauma, ragu-ragu, dan tidak percaya diri," ujar Raafi.

Baca Juga: DPRD Bekasi: Kasus Bullying Naik Bukan Karena SDM, Tapi Miskin Akhlak

Raafi pun berharap, agar Wagub Rano Karno dapat meninjau langsung ke sekolahnya. "Harapan saya adalah meninjau di sekolah kami dan memberikan peraturan yang bagus dan baru agar tidak terjadi lagi pembullyan," kata Raafi.

Viona Chandra Kirana, 12 tahun, siswa SDN Susukan 03 Pagi mengatakan, bahwa ketidakadilan gender masih banyak terjadi, bahkan di lingkungan sekolah dasar. Menurutnya, banyak anak laki-laki yang masih meremehkan, merundung, hingga melakukan pelecehan terhadap anak perempuan.

"Ternyata, masih banyak ketidakadilan dan juga kawasan yang kurang aman bagi anak perempuan. Contohnya, seperti masih banyak anak laki-laki yang suka meremehkan dan juga melecehkan anak perempuan," ujar Viona.

Selain itu, ia juga menyinggung fenomena anak putus sekolah akibat tekanan ekonomi. Anak-anak yang berhenti sekolah biasanya langsung masuk dunia kerja untuk membantu keluarga.

"Dan juga, anak putus sekolah itu bisa terjadi karena faktor ekonomi. Ketika mereka putus sekolah, mereka akan pergi ke dunia kerja untuk mencari uang. kejadian tersebut yang saya ceritakan itu sudah sering terjadi di sekitar kita," ucap Viona.

Viona kemudian menyoroti bahaya pelecehan seksual yang kerap terjadi di gang-gang sempit yang gelap. Yang lebih menyakitkan, kata dia, korban justru sering disalahkan atas pakaian yang dikenakan.


Berita Terkait


News Update