DPRD Bekasi: Kasus Bullying Naik Bukan Karena SDM, Tapi Miskin Akhlak

Jumat 21 Nov 2025, 13:23 WIB
Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Adelia, menyebut banyaknya kasus bullying yang mencuat ke publik lantaran keberanian korban dan orang tua untuk speak up. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Adelia, menyebut banyaknya kasus bullying yang mencuat ke publik lantaran keberanian korban dan orang tua untuk speak up. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

RAWALUMBU, POSKOTA.CO.ID – Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Adelia, menyoroti meningkatnya kasus bullying yang mencuat ke publik. Ia menyebut tren kenaikan ini terjadi karena para korban dan orang tua sudah semakin berani speak up mengungkapkan kasus yang mereka alami.

Menurut Adelia, persoalan bullying bukan disebabkan oleh kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau Sumber Daya Alam (SDA), melainkan karena “miskin akhlak”.

“Memang pada dasarnya saat ini di Indonesia bukan miskin SDM, bukan miskin SDA, tapi miskin akhlak. Kita masih kekurangan pendidik yang bisa mendisiplinkan anak-anak, dan kekurangan orang tua yang legowo anaknya ditegur oleh guru,” ujar Adelia kepada awak media, Jumat 21 November 2025.

Adelia juga menilai konsep gentle parenting kurang sesuai diterapkan di Indonesia karena tidak selaras dengan kultur dan budaya setempat.

“Bullying itu bukan cuma urusan anak-anak, tapi orang tuanya juga harus turun. Bukan cuma orang tua anak yang di-bully, tapi yang me-bully juga. Anak yang me-bully ini bisa saja nanti jadi korban bullying, makanya perlu kerja sama antara sekolah dan orang tua,” tegasnya.

Baca Juga: Pelajar di Rawalumbu Bekasi Diduga Dikeroyok Empat Orang, Korban Lapor Polisi dan Lakukan Visum

Ia mengingatkan sekolah agar tidak menutupi kasus bullying hanya demi menjaga citra institusi, karena justru dapat memperburuk keadaan.

“Saya menghimbau kepada sekolah, jika ada kasus bullying jangan ditutup-tutupin. Mempertahankan nama baik sekolah itu bukan seperti itu caranya,” kata Adelia.

Adelia mengatakan, Sekolah justru harus berani membantu korban dan mengasesmen anak-anak yang menjadi pelaku. Sebab dalam hukum peradilan anak, tidak dikenal istilah pelaku, melainkan anak berhadapan dengan hukum atau ABH. 

“Sekolah juga harus speak up. Jangan ditutup-tutupin, supaya enggak ada riak-riak. Kita ini pengennya ada generasi emas 2045,” jelasnya.

Menurut Adelia, kenaikan kasus bullying sekitar 20 persen di Kota Bekasi sepanjang 2025 bukan karena jumlah kasus bertambah, melainkan karena orang tua sudah lebih berani bersuara dan memanfaatkan media sosial.

“Ini lebih ke arah berani speak up. Jadi bukan kasusnya bertambah, tapi orang tuanya sudah mulai speak up,” ujarnya.

Adelia menjelaskan pihaknya kini sudah menyelesaikan revisi Perda Perlindungan Anak sebagai upaya untuk memperkuat pencegahan bullying.

“Beberapa waktu lalu kami sudah melakukan revisi Perda Perlindungan Anak. Memang belum diparipurnakan, tapi sudah selesai dan tinggal harmonisasi. Mudah-mudahan setelah ini ada dampak positifnya,” kata dia.

Ia berharap Pemerintah Kota Bekasi juga lebih serius menangani isu ini, agar tidak menunggu ada korban jiwa baru kemudian bertindak.

Baca Juga: Tanam Pohon, Ketua DPRD Kota Bekasi Sardi Effendi Ajak Jaga Lingkungan Agar Kualitas Air Terjaga

Sebelumnya, seorang pelajar berinisial MP alias J 17 tahun, diduga menjadi korban pengeroyokan oleh empat orang di Perumahan Bojong Menteng, Rawalumbu, pada Rabu 19 November 2025.

Ibu korban, Jani, mengatakan anaknya sempat berpamitan membeli umpan ikan sebelum akhirnya pulang dalam kondisi menangis dan kesakitan.

“Anak saya pulang dan bilang, ‘Mama sakit, Mama tidak kuat, Mama abang mau dibunuh orang.’ Kelihatannya benar-benar shock,” ungkap Jani, Kamis 20 November 2025.

MP mengalami luka di leher dan tulang iga, serta trauma hingga enggan pergi ke sekolah. Pihak keluarga telah melaporkan kejadian tersebut ke Polres Metro Bekasi Kota.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, AKBP Braiel Arnold Rondonuwu, membenarkan adanya laporan itu dan menyatakan penyelidikan sedang berjalan.

“Benar ada kejadian tersebut. Orang tua korban sudah membuat laporan polisi dan sudah kami tindak lanjuti,” ujar Braiel.

Polisi juga telah meminta keterangan korban dan orang tua serta melakukan visum dibantu psikolog dari DP3A dan KPAD Kota Bekasi karena terkait anak-anak.

Selain itu, Braiel mengatakan pihaknya juga sudah meminta keterangan dari korban dan orang tua korban serta mengantarkan korban ke rumah sakit untuk melakukan visum. 

"Saat ini perkara tersebut masih dalam penyelidikan. Dalam menangani perkara ini kami juga melibatkan psikolog dari DP3A dan KPAD Kota Bekasi karena terkait dengan anak," ujar Braiel. (cr-3)


Berita Terkait


News Update