Baca Juga: Kopi Pagi: Menuju Swasembada Air
Perlu lebih disadari bahwa negeri kita yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke adalah surga bagi pecinta dan pemerhati kebudayaan. Setiap tahun belasan juta wisman berlibur ke Indonesia, menikmati keindahan alam dan pesona budaya yang unik.
Data menyebutkan hingga September 2025 jumlah wisman sudah mencapai 11,43 juta. Angkanya diprediksi terus naik hingga diharapkan melampaui kunjungan wisman sepanjang tahun 2024, sebanyak 11,57 juta jiwa.
Ini perlu dukungan semua pihak, kolaborasi semua pemangku kepentingan baik pusat maupun daerah merawat dan melestarikan semua budaya nusantara, tak terkecuali wayang kulit sebagai warisan mahakarya dunia tak ternilai dalam seni bertutur.
Kita tahu, wayang mulai ditetapkan sebagai warisan budaya dunia pada 7 November 2003, yang selanjutnya setiap 7 November oleh pemerintah diperingati sebagai Hari Wayang Nasional.
Pertunjukan wayang kulit- sering disebut ringgit purwo tak sebatas media hiburan dan informasi, juga pendidikan karena di dalamnya sarat dengan pesan –pesan moral dan kritik sosial.
Wayang dengan tokoh – tokohnya merupakan gambaran kehidupan manusia secara konkret beserta norma –norma yang hidup di dalamnya. Dengan sifat karakternya yang cukup beragam dan unik sebagaimana manusia baik secara individual maupun sosial.
Baca Juga: Kopi Pagi: Gerakan Perubahan
Bila dibawa ke ranah kehidupan kita, sifat dan sikap tokoh wayang mencerminkan sifat dan sikap kita juga. Ada yang serakah, tamak, arogan, sombong - dicitrakan dalam lakon Kurawa yang angkara murka.
Sebaliknya terdapat kehalusan dan keluhuran budi, adil, bijaksana dan memiliki cita – cita luhur, setia kepada bangsa dan negaranya seperti dilakonkan kepada Pandawa dengan para tokohnya.
Wayang menjadi simbol kehidupan nilai – nilai dualisme, seperti baik – buruk, utama- angkara, terpuji- tercela serta nilai – nilai religius, etis dan moral.
Wayang bukan sebatas tontonan, tetapi penuh tuntunan. Karenanya simak pertunjukannya, dalami filosofinya, serta amalkan dalam kehidupan nyata. Itulah makna merawat, menjaga dan melestarikan warisan budaya.
