Namun, pakar hukum menegaskan bahwa surat pengusiran tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. Dalam konteks hukum perdata dan pidana Indonesia, warga tidak berwenang mengusir seseorang dari tempat tinggal yang dimiliki sah secara hukum. Dengan demikian, Yai Mim tetap berhak secara hukum menempati rumahnya.
Upaya Mediasi dan Isu SARA yang Sempat Mencuat
Berbagai upaya mediasi telah dilakukan oleh pihak kelurahan, tokoh masyarakat, hingga aparat kepolisian. Namun, hingga saat ini belum ditemukan titik temu.
Dalam proses mediasi tersebut, sempat muncul isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang menimbulkan kekhawatiran publik.
Namun, aparat kepolisian dan tokoh masyarakat segera meluruskan persepsi publik, menegaskan bahwa konflik ini murni bersifat pribadi, tidak terkait perbedaan keyakinan atau etnis.
Konflik yang Melebar ke Ruang Publik
Kasus Yai Mim dan Nurul Sahara kini menjadi contoh konkret bagaimana masalah kecil dapat membesar karena komunikasi yang buruk dan eskalasi emosi. Awalnya sekadar soal parkir mobil, kini telah melibatkan laporan hukum, isu sosial, dan dampak akademik.
Perdebatan di media sosial pun semakin memperkeruh suasana. Banyak warganet yang terbagi dua kubu: sebagian mendukung Yai Mim karena dianggap memperjuangkan hak tanah wakaf, sementara sebagian lain bersimpati kepada Nurul Sahara yang merasa diperlakukan tidak adil oleh sosok yang memiliki latar belakang akademik dan keagamaan kuat.
Proses Hukum Masih Berjalan
Hingga kini, penyidikan di kepolisian masih berlangsung. Berbagai laporan dari kedua belah pihak sedang diverifikasi oleh aparat untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.
Sementara itu, masyarakat sekitar berharap kasus ini dapat segera diselesaikan tanpa memperpanjang ketegangan di lingkungan.
Sejumlah pihak juga mendesak agar mediasi lanjutan difasilitasi secara profesional oleh lembaga netral, agar solusi yang muncul dapat diterima oleh kedua belah pihak tanpa menimbulkan perpecahan sosial.
Publik pun menantikan bagaimana aparat kepolisian akan menuntaskan berbagai laporan yang telah masuk, sekaligus memastikan keadilan dan ketertiban sosial tetap terjaga.
Baca Juga: 5 HP Gaming 3 Jutaan Terbaik 2025, Performa Ngebut Tanpa Bikin Kantong Jebol
Analisis Sosial: Dari Konflik Mikro ke Dampak Makro
Kasus ini memperlihatkan bagaimana konflik sosial bisa tumbuh dari masalah yang tampak sepele. Awalnya soal parkir kendaraan, kemudian menjalar ke ranah hukum, akademik, hingga sosial budaya. Fenomena seperti ini menggambarkan perlunya pendekatan komunikasi dan mediasi yang lebih efektif di tingkat komunitas.
Selain itu, kasus Yai Mim juga menjadi pengingat bahwa status sosial dan pendidikan tidak menjamin penyelesaian konflik yang damai. Ketika ego dan persepsi publik ikut bermain, konflik bisa menjadi simbol ketegangan sosial yang lebih luas di masyarakat.