POSKOTA.CO.ID - Bagi sebagian orang, gaji UMR terasa seperti “uang numpang lewat”. Datang setiap awal bulan, namun belum sempat dirasakan sudah habis untuk kebutuhan pokok, membiayai orang tua, dan memenuhi keperluan anak. Kondisi ini dikenal dengan istilah sandwich generation, yakni mereka yang terjepit di antara dua tanggung jawab: orang tua dan anak.
Fenomena ini makin terasa berat ketika gaji masih sebatas upah minimum regional (UMR) atau upah minimum provinsi (UMP). Tidak sedikit yang merasa hidup dari gaji ke gaji, tanpa sempat menabung apalagi berinvestasi.
Namun, bukan berarti kondisi ini tidak bisa diatasi. Dengan pengelolaan yang cermat, sandwich generation tetap bisa memiliki dana darurat dan merencanakan masa depan finansial yang lebih sehat.
Baca Juga: Update Daftar Harga Emas Antam 24 Karat Terbaru Minggu 7 September 2025
Tantangan Hidup dengan Gaji UMR
Melansir dari @Finante.id Menurut Rista Zwestika seorang perencana keuangan, gaji UMR memang rawan bocor jika tidak disertai prioritas yang jelas. Apalagi ada risiko keuangan yang tidak bisa diprediksi, mulai dari biaya kesehatan, kenaikan harga kebutuhan pokok, hingga cicilan mendadak.
“Kita tidak tahu risiko apa lagi yang akan terjadi ke depan. Intinya, tabung dulu, baru belanja. Kalau menunggu sisa, hampir pasti enggak ada,” tegas Rista.
Pernyataan ini seakan menegaskan bahwa disiplin menabung adalah kunci. Namun, bagaimana mungkin menyisihkan tabungan jika penghasilan terasa tidak cukup?
Alokasi Gaji Ideal untuk Sandwich Generation
Berikut contoh alokasi gaji UMR yang disarankan Rista agar finansial tetap terkendali:
- 50%–55% untuk kebutuhan pokok
Mencakup biaya makan, transportasi, sewa kontrakan, listrik, hingga kuota internet. - 10%–15% untuk orang tua/keluarga
Meski kewajiban membantu keluarga tidak bisa dihindari, sebaiknya jumlahnya konsisten. Jika nominal berubah-ubah, risiko kebocoran keuangan lebih besar. - 10% untuk tabungan atau dana darurat
Walau kecil, mulai dari Rp300 ribu–Rp500 ribu per bulan sudah cukup asalkan konsisten. Bisa ditempatkan pada tabungan khusus, reksa dana pasar uang, atau emas. - 5%–10% untuk proteksi dan investasi ringan
Minimal pastikan iuran BPJS Kesehatan tetap berjalan. Jika ada dana lebih, bisa ditambah dengan deposito kecil-kecilan. - Maksimal 15% untuk cicilan atau utang
Jangan pernah melampaui batas ini agar tidak terjebak dalam lilitan utang. - 5% untuk hiburan
Nongkrong atau jajan sesekali penting untuk menjaga kesehatan mental.
Dana Darurat: Wajib Meski Gaji Pas-pasan
Salah satu kesalahan terbesar sandwich generation adalah mengabaikan dana darurat. Padahal, inilah penyelamat utama saat kondisi tak terduga muncul.
Shierly, Head of Advisory & Financial Planner Finansialku, menyarankan minimal dana darurat sebesar 3 kali pengeluaran bulanan, kemudian ditingkatkan secara bertahap menjadi 6–12 kali.
“Caranya, langsung pisahkan uang tersebut di awal tanggal gajian. Bisa juga menyisihkan Rp50 ribu–Rp100 ribu per minggu,” jelas Shierly.
Tempat penyimpanan dana darurat sebaiknya dalam bentuk aset likuid dan aman seperti tabungan digital, deposito, reksa dana pasar uang, atau emas.
Side Hustle: Jalan Keluar dari Siklus Defisit
Rista menegaskan, dengan hanya mengandalkan gaji UMR, hampir mustahil bisa menabung sambil membiayai keluarga. Karena itu, side hustle atau pekerjaan sampingan menjadi solusi realistis.
Beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan antara lain:
- Freelance sesuai keahlian (menulis, desain, fotografi).
- Driver ojek online (ojol) dengan jam fleksibel.
- Jasa titip (jastip) untuk kebutuhan belanja teman atau kerabat.
- Bisnis online skala kecil seperti reseller produk.
Target dari side hustle bukan untuk cepat kaya, melainkan agar tidak defisit dan tetap punya ruang menabung.
Mengatur keuangan memang penting, tetapi jangan lupakan sisi emosional dari kehidupan sandwich generation. Banyak dari mereka merasa kelelahan mental karena harus membagi perhatian, waktu, dan uang untuk tiga pihak sekaligus diri sendiri, orang tua, dan anak.
Di sinilah pentingnya hiburan kecil, dukungan pasangan, serta komunikasi terbuka dalam keluarga. Jika semua pihak memahami keterbatasan, beban psikologis bisa sedikit berkurang.
Strategi untuk Pasangan Suami Istri Bergaji UMR
Bagi pasangan muda yang sama-sama termasuk sandwich generation, kerja sama finansial mutlak diperlukan. Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain:
- Saling berbagi peran – jika salah satu bekerja kantoran, pasangannya bisa berbisnis online.
- Punya lebih dari satu sumber penghasilan – misalnya mengelola kos atau menyewakan aset kecil.
- Transparansi keuangan – selalu catat pengeluaran, terutama yang bersifat variabel dan sulit dikendalikan.
Baca Juga: 10 Cara Bermain Crypto untuk Pemula yang Wajib Diketahui
Tips Kreatif Mengelola Dana Darurat
Selain menyisihkan gaji, ada cara-cara kreatif lain untuk menambah dana darurat, antara lain:
- Uang lembur dan THR langsung diparkir ke tabungan darurat.
- Menabung receh harian Rp10 ribu–Rp20 ribu yang bisa terkumpul Rp300 ribu–Rp600 ribu per bulan.
- Menjual barang yang tidak terpakai untuk menambah tabungan.
Kunci utamanya bukan pada besar kecilnya nominal, melainkan konsistensi dan disiplin.
Hidup sebagai sandwich generation dengan gaji UMR memang berat. Namun, berat bukan berarti mustahil. Dengan alokasi yang jelas, dana darurat yang disiplin, serta keberanian mencari penghasilan tambahan, jalan menuju stabilitas finansial tetap terbuka.
Lebih dari sekadar angka di laporan keuangan, perjuangan ini adalah bentuk kasih sayang terhadap keluarga. Meski terjepit, generasi sandwich tetap bisa bertahan dan perlahan memperbaiki kondisi finansialnya.