Dalam kasus Raya, kebiasaan bermain di lingkungan yang tercemar diduga menjadi pemicu utama infeksi parah yang dialaminya.
Banyak orang tua kerap menganggap cacingan hanya penyakit ringan. Padahal, dampaknya dapat sangat serius. Infeksi cacing berpotensi menimbulkan:
- Malnutrisi, karena cacing menyerap nutrisi penting dalam tubuh anak.
- Anemia, akibat berkurangnya zat besi.
- Gangguan tumbuh kembang, karena kebutuhan gizi tidak tercukupi.
- Penurunan daya tahan tubuh, yang membuat anak lebih rentan terhadap penyakit lain.
Baca Juga: Info Loker Bekasi: Dibuka Posisi Staff HRD Gaji hingga 5-6 Juta, Cek Informasinya
Pada kondisi berat seperti yang dialami Raya, larva cacing dapat bermigrasi ke organ vital, memicu komplikasi serius hingga berujung pada kematian.
Tragedi ini juga menyoroti keterbatasan akses layanan kesehatan di daerah terpencil. Keluarga kurang mampu seringkali kesulitan mendapatkan pemeriksaan rutin maupun pengobatan yang memadai.
Sistem kesehatan masyarakat perlu lebih responsif dalam menangani kasus-kasus semacam ini.
Posyandu di tingkat desa, misalnya, dapat berperan besar dalam memantau kesehatan anak-anak. Dengan pemeriksaan berkala dan pemberian obat cacing secara rutin, banyak kasus dapat dicegah sejak dini.
Upaya Pencegahan Menurut WHO
WHO merekomendasikan pemberian obat cacing secara berkala, terutama di daerah endemik, sebagai langkah pencegahan yang efektif. Selain itu, beberapa upaya penting yang harus dilakukan meliputi:
- Perbaikan sanitasi lingkungan untuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan area bermain anak.
- Akses air bersih untuk memastikan air yang dikonsumsi bebas dari kontaminasi.
- Edukasi masyarakat dengan memberikan pemahaman kepada orang tua tentang bahaya cacingan dan pentingnya menjaga kebersihan diri.
- Peningkatan peran posyandu dan puskesmas untuk mendeteksi gejala lebih awal dan memberikan pengobatan tepat waktu.
Tragedi meninggalnya balita di Sukabumi menjadi pengingat bahwa cacingan tidak boleh dipandang remeh.
Penyakit ini dapat memicu komplikasi yang sangat serius, terutama pada anak-anak dengan daya tahan tubuh lemah dan akses kesehatan terbatas.
Kejadian ini sekaligus menjadi refleksi bahwa menjaga kesehatan anak adalah tanggung jawab bersama agar kasus serupa dapat dicegah agar tidak terulang di masa depan.