Ayahnya bekerja di yayasan PBB yang menangani pengungsi Vietnam di Pulau Galang, sedangkan ibunya adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang kemudian menjadi single parent setelah ayah Jeffrie wafat.
Kondisi ekonomi keluarganya saat itu tidak berlebihan. Ibunya bahkan harus bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan. Jeffrie kecil tumbuh dalam didikan keras namun penuh kasih, dengan nilai religius dan kerja keras yang tertanam sejak dini. Ia bersekolah di dua institusi sekaligus sekolah umum dan madrasah agama menunjukkan pentingnya keseimbangan intelektual dan spiritual dalam hidupnya.
Pendidikan Formal dan Kiprah Organisasi
Jeffrie menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Sastra, Universitas Nasional Jakarta, pada tahun 1992. Semasa kuliah, ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa, sebuah posisi strategis yang menandai awal ketertarikannya terhadap isu sosial-politik.
Kemudian pada tahun 2008, ia menuntaskan studi magister di bidang Ilmu Komunikasi di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Kemampuan komunikasinya yang tajam, ditambah pengalaman lapangan yang luas, menjadikan Jeffrie sebagai salah satu aktor politik dengan narasi yang kuat.
Karier Politik: Dari PAN hingga PSI
Jeffrie telah mencicipi atmosfir berbagai partai politik besar:
- Partai Amanat Nasional (PAN) – Bergabung tahun 2002, di masa konsolidasi pasca-reformasi.
- Golkar – Tahun 2007–2012, membawa pengalaman birokrasi yang lebih mapan.
- NasDem – Tahun 2012–2013, memperkuat sisi progresif dalam kebijakan publik.
- PSI – Bergabung sejak 2014, Jeffrie berperan sebagai penasehat ideologis generasi muda.
Perpindahan partai ini kerap menuai kritik, namun Jeffrie membela diri bahwa semua keputusan tersebut diambil dalam kerangka “mencari ruang yang paling sehat untuk berpikir dan berkontribusi”.
Dalam beberapa wawancara, Jeffrie kerap menyuarakan pandangan yang jarang diangkat oleh politisi lain: politik sebagai media untuk mencerdaskan bangsa. Menurutnya, politik bukan sekadar soal kursi kekuasaan, tetapi tentang bagaimana membuat rakyat mampu berpikir kritis, memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Ia juga dikenal aktif dalam kegiatan sosial, terutama yang berkaitan dengan pendidikan, literasi media, dan pelestarian budaya lokal. Bahkan, dalam beberapa forum, Jeffrie menekankan pentingnya “membaca buku sebelum membaca kertas suara”—menandakan pandangan mendalamnya terhadap kualitas demokrasi.
Masa Depan PSI Bersama Jeffrie?
Jika benar Jeffrie Geovanie ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pembina PSI, maka arah PSI bisa lebih matang dan strategis. Ia bisa menjembatani idealisme generasi muda PSI dengan kedewasaan politik praktis yang pernah ia jalani.
Kaesang Pangarep pun menegaskan bahwa seluruh posisi strategis di tubuh PSI akan diumumkan dalam waktu dekat. Langkah ini menunjukkan transformasi struktur PSI menuju partai yang lebih profesional, tak lagi sekadar "partai anak muda", tetapi partai yang siap bertarung di arena nasional.
Baca Juga: Pembukaan Sekolah Rakyat di Tangsel Ditunda, 150 Siswa Gagal Masuk Hari Ini