Fenomena 'Rojali' dan 'Rohana' Cerminkan Krisis Daya Beli Kelas Menengah, Pengamat: Indonesia Memasuki Era Ketidakpastian

Rabu 30 Jul 2025, 11:59 WIB
Warga beraktifitas di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis, 24 Juli 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Warga beraktifitas di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis, 24 Juli 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

POSKOTA.CO.ID – Fenomena "Rojali" (rombongan jalan-jalan tapi jarang beli) dan "Rohana" (rombongan hanya nanya-nanya) menjadi cerminan nyata krisis daya beli masyarakat di tengah tekanan ekonomi yang memburuk.

Jurnalis senior Hersubeno Arief dan pengamat politik Rocky Gerung menyoroti tren ini sebagai gejala serius dari penurunan kelas menengah dan meningkatnya ketidakpastian politik serta ekonomi di Indonesia.

“Fenomena ini menunjukkan bahwa krisis daya beli sangat serius. Saya kira sekarang bukan lagi fenomena middle income trap, tapi justru terjadi kelas menengah yang turun ke bawah,” kata Hersubeno Arief, dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Rabu, 30 Juli 2025.

Menurut Hersubeno, perilaku masyarakat yang hanya berjalan-jalan di pusat perbelanjaan tanpa melakukan transaksi pembelian menjadi perhatian serius kalangan pengusaha ritel. Aktivitas window shopping tanpa pembelian menciptakan kebingungan di kalangan penjaga toko dan mengindikasikan penurunan kemampuan konsumsi.

Baca Juga: Berapa Harta Kekayaan Al Haris? Gubernur Jambi yang Jadi Sorotan Usai Diduga Ketiduran Saat Prabowo Pidato

Senada dengan itu, pengamat politik Rocky Gerung menambahkan bahwa meski pusat-pusat pameran barang mewah masih ramai, data menunjukkan bahwa penjualan kendaraan sebagai indikator konsumsi kelas menengah justru menurun.

“Datanya menunjukkan penjualan mobil dan motor menurun. Artinya ada keramaian, tapi daya beli turun. Tabungan kelas menengah sudah terkuras. Itu artinya ada kegelisahan politik,” ujar Rocky.

Ia menilai bahwa krisis ini bukan hanya ekonomi, melainkan juga berdampak pada perencanaan jangka panjang keluarga kelas menengah, termasuk pendidikan anak dan aktivitas rekreasi. Rocky juga menyoroti kemiripan situasi Indonesia dengan Malaysia, di mana Perdana Menteri Anwar Ibrahim menghadapi tekanan politik akibat kondisi ekonomi domestik.

“Di dasar protes itu adalah kegelisahan terhadap masa depan, terutama masa depan keluarga. Indonesia juga sedang mengalami itu,” lanjutnya.

Baca Juga: Rincian Harta Kekayaan Prabowo Subianto Capai Rp2,06 Triliun Berdasarkan LHKPN Terbaru

Rocky mengingatkan bahwa kegelisahan tersebut dapat menjadi katup politik jika tidak ditangani dengan kepemimpinan yang jelas. Ia menyebut Presiden Prabowo Subianto berada dalam tekanan untuk segera menunjukkan kepemimpinan otentik di tengah relasi politik yang kompleks.


Berita Terkait


News Update