Mereka lebih sibuk membuktikan diri di media sosial ketimbang membangun keterampilan nyata.
Gaya hidup YOLO (you only live once) membuat mereka sulit menabung, apalagi berinvestasi.
4. Pendidikan Tinggi
Tanpa disadari, sistem pendidikan juga membentuk lingkaran setan baru.
Dengan dihapusnya Ujian Nasional dan menurunnya standar pendidikan dasar, Gen Z kehilangan bekal kompetitif.
Lebih buruk lagi, skema pembiayaan seperti student loan mulai menggeliat di Indonesia.
5. AI dan Masa Depan Dunia Kerja
Perkembangan artificial intelligence (AI) menambah beban Gen Z. Banyak pekerjaan yang kini tergantikan oleh AI dalam waktu singkat.
Contoh nyatanya, perusahaan yang sebelumnya butuh 130 karyawan kini cukup beroperasi dengan 20 orang berkat efisiensi teknologi.
Job market menyusut, persaingan meningkat, dan keterampilan dasar tidak lagi cukup.
Meski sistem rusak dan realita pahit, bukan berarti Gen Z tidak bisa bangkit. Kuncinya ada pada perubahan mentalitas.
Maka dari itu, kini saatnya Gen Z berhenti menjadi penonton dan mulai berperan aktif membentuk arah baru sistem ekonomi yang lebih adil, mandiri, dan berkelanjutan.
DISCLAIMER: Artikel ini disusun semata-mata untuk tujuan edukasi dan informasi umum mengenai isu finansial dan ekonomi yang berkembang di tengah masyarakat.
Selalu konsultasikan dengan penasihat keuangan atau perencana keuangan yang profesional apabila Anda merasa perlu mendapatkan panduan yang lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.