Puluhan Orang Tua Murid Sekolah Al-Kareem di Bekasi Utara Merasa Ditipu Pengelola

Selasa 17 Jun 2025, 19:05 WIB
Situasi di Al-Kareem Islamic School, Jalan Baru Perjuangan, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, nampak sepi usai dugaan penipuan diungkap orang tua murid. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

Situasi di Al-Kareem Islamic School, Jalan Baru Perjuangan, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, nampak sepi usai dugaan penipuan diungkap orang tua murid. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

BEKASI UTARA, POSKOTA.CO.ID - Puluhan orang tua murid mengeluhkan dugaan penipuan yang dilakukan pengelola sekolah swasta, Al-Kareem Islamic School, di Jalan Baru Perjuangan, RT 04 RW 11, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.

Mereka mengaku dijanjikan berbagai fasilitas dan program pendidikan unggulan yang tak pernah terealisasi.

Silvia Legina, 30 tahun, salah satu wali murid, menyebut sekolah tersebut awalnya menjanjikan kurikulum Cambridge dan pembelajaran berbasis bahasa Inggris.

Namun hingga kini, metode pengajaran berbasis Cambridge seperti dijanjikan tak pernah diterapkan. Sebaliknya kegiatan belajar mengajar, sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia.

“Kami dijanjikan kurikulum Cambridge, tapi ternyata bukan. Alasannya cuma berbasis Cambridge, bukan kurikulum resmi. Jadi tidak sesuai materi aslinya,” kata Silvia saat ditemui di Sekolah Al Kareem, Selasa 17 Juni 2025.

Baca Juga: PN Jakbar Gelar Sidang Pemeriksaan Saksi Kasus Penipuan Konser Musik yang Rugikan Korban Rp3 Miliar

Selain itu, pembelajaran agama yang dijanjikan juga tidak maksimal. Menurut Silvia, anaknya jarang mendapat hafalan surah Alquran sebagaimana dijanjikan sebelumnya.

Silvia juga menduga sekolah tersebut tidak mengantongi izin resmi dari Dinas Pendidikan Kota Bekasi untuk menyelenggarakan pendidikan tingkat playgroup, SD, dan layanan inklusi.

Bahkan, menurutnya, Disdik Kota Bekasi sudah tiga kali datang ke sekolah tersebut, namun selalu diusir oleh pengelola.

“Makanya sekolah ini nggak pernah akreditasi. Untuk dapat izin Cambridge juga harus terakreditasi lebih dulu,” ungkapnya.

Keluhan lain yang diungkapkan adalah biaya tambahan untuk mengambil rapor di luar jadwal yang ditetapkan sekolah, yaitu sebesar Rp250 ribu dengan alasan untuk biaya konseling.

“Kalau mau ganti jadwal ambil rapor, kena biaya Rp250 ribu. Katanya sih buat konseling,” ungkap Silvia.

Tidak hanya itu, orang tua murid juga menyebut fasilitas kegiatan yang dibiayai melalui 'activity fee' sebesar Rp6,5 juta tidak pernah terealisasi, seperti konsultasi dokter, manasik haji, atau layanan psikologi klinis.

“Activity fee itu katanya untuk visit dokter, manasik haji, konseling psikologi, tapi nggak ada realisasinya. Paling yang dapat cuma TK A, anak saya TK B nggak pernah,” ujarnya.

Baca Juga: Korban Penipuan Calo Tenaga Kerja RSUD Labuan Pandeglang Bertambah

Keluhan terbesar, menurut Silvia, adalah tidak diprosesnya Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) bagi para murid. Sehingga secara administratif, anak-anak mereka tidak terdaftar sebagai siswa di Dapodik Kemendikbud.

“NISN nggak diurus. Kalau lulus dari sini nggak terdaftar sebagai siswa resmi. Jadi sekolah ini kayak les aja, mahal pula,” tegasnya.

Silvia meminta pihak sekolah mengembalikan dana yang telah dibayarkan orang tua murid, serta segera mengurus NISN dan ijazah anak-anak mereka.

"Total pendaftaran bisa Rp23 juta di luar uang bulanan. Bulanan kami juga bayar Rp2 juta per bulan. Dengan biaya segitu, kami merasa tertipu karena tidak sesuai harapan," katanya.

Keluhan serupa juga disampaikan Benny Sugeng Waluyo (42), orang tua siswa berkebutuhan khusus (ABK). Ia mengaku dijanjikan fasilitas inklusi, termasuk pendamping khusus di kelas, yang tak kunjung diberikan.

"Katanya ada pendamping di kelas untuk anak saya, ternyata nggak ada. Padahal saya sudah bayar tambahan Rp1 juta per tiga bulan untuk biaya pendampingan," ujarnya kecewa.

Benny juga menyebut layanan terapi klinis untuk anak berkebutuhan khusus yang dijanjikan tak pernah terealisasi. Dirinya kecewa karena segala upaya terbaik yang ia berikan untuk pendidikan anaknya berujung sia-sia.

Melapor ke Polisi

Bahkan para orang tua murid sudah melaporkan kejadian ini juga ke Mapolres Metro Bekasi Kota setelah sebelumnya sempat membuat somasi kepada pihak sekolah namun tidak ada jawaban.

"Kecewa, sangat kecewa, masalahnya anak berkebutuhan khusus ini kan berbeda. Kami sebagai orang tua kan harus ekstra, tapi ternyata yang kami berikan itu tidak sesuai dengan kenyataan dan itu membuat kami kecewa," ujar Benny.

Belakangan, terungkap bahwa seluruh guru dan karyawan sekolah tersebut telah mengundurkan diri secara massal. Ironisnya, para orang tua murid awalnya tidak mendapat informasi apapun soal penghentian operasi sekolah.

Bahkan aktivitas belajar-mengajar di sekolah itu sudah berhenti total tanpa ada kepastian bagi para siswa.

Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah maupun Disdik Kota Bekasi belum memberikan klarifikasi atas dugaan penipuan tersebut. (CR-3)


Berita Terkait


News Update