POSKOTA.CO.ID - Dalam lanskap pendidikan yang semakin kompleks di era digital dan sosial yang terus berubah, peran guru tidak lagi terbatas pada penyampai ilmu pengetahuan semata.
Guru dituntut memiliki sensitivitas emosional dan kapasitas sosial dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman dan sehat.
Konsep ini terejawantahkan secara komprehensif dalam Modul 2 Topik 1 Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) pada Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025.
Modul ini memperkenalkan pendekatan CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) sebagai landasan dalam mengembangkan kemampuan sosial emosional siswa.
CASEL tidak hanya berisi kerangka teori, tetapi juga menyajikan panduan praktis yang dapat diintegrasikan ke dalam proses belajar mengajar sehari-hari.
Baca Juga: Dua Ton Sabu Dimusnahkan BNN di Batam, Selamatkan 8 Juta Jiwa Bahaya Narkoba
Mengapa Pembelajaran Sosial Emosional Penting?
Transformasi sistem pendidikan global telah menempatkan kesejahteraan emosional siswa sebagai pilar utama dalam proses belajar mengajar.
Hal ini tidak lepas dari tantangan zaman, seperti tekanan akademik, pengaruh media sosial, hingga ketimpangan sosial yang berdampak langsung pada psikologis peserta didik.
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) menjawab kebutuhan ini dengan membekali siswa keterampilan untuk memahami diri, mengelola emosi, menjalin hubungan sosial yang sehat, serta mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, PSE kini menjadi bagian integral dalam kurikulum melalui Modul 2 Topik 1 pada Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025.
Tujuan PSE: Lebih dari Sekadar Solusi Reaktif
PSE hadir bukan sebagai respons atas masalah perilaku siswa semata. Lebih dari itu, PSE berperan sebagai program promotif dan preventif.
Tujuannya adalah membentuk karakter siswa yang kuat, resilien, dan adaptif terhadap tantangan, bahkan sebelum mereka menghadapi masalah nyata.