POSKOTA.CO.ID - Ada momen menarik yang patut dipetik hikmahnya dari serangkaian peringatan Hari Raya Idul Adha yang dikenal pula sebagai hari raya kurban.
Presiden Prabowo Subianto membeli hampir seribu ekor sapi dari peternak yang tergabung dalam Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI).
Untuk apa, Presiden beli begitu banyak sapi? Jawabnya, bukan untuk diternak, tetapi disalurkan ke seluruh Indonesia untuk dibagikan kepada masyarakat sebagai hewan kurban.
“Jumlahnya cukup fantastis hampir seribu ekor sapi, lebih tepatnya 985 ekor sapi hewan kurban yang dibeli Presiden Prabowo,” ujar bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Berani Berkorban Demi Kemaslahatan
“Bukan cukup fantastis, tapi fantastis kuadrat. Bagaimana tidak, beli sapi untuk usaha peternakan saja, biasanya puluhan, ratusan ekor sapi,” tambah Yudi.
“Tidaklah berlebihan jika kemudian para peternak menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo yang telah membeli hewan kurban dari peternak APPSI,” urai Heri.
Seperti diberitakan, Ketua MPR Ahmad Muzani mengatakan bahwa pembelian hampir hewan kurban dari peternak APPI ini sebuah kehormatan besar. Ini kebangaan tersendiri.
Para peternak merasa naik kelas karena kerja keras beternak dan menggemukan sapi lalu dibeli Presiden Prabowo untuk diperuntukkan sebagai hewan kurban.
Ini kebangaan tersendiri, kata Ahmad Muzani, yang juga Ketua Dewan Pembina APPSI itu.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Rapat Di Hotel, Siapa Takut
“Bangga bukan saja karena hasil keras dihargai langsung oleh Presiden, juga sapi yang diternak itu sehat dan telah memenuhi syarat dan layak disembelih sebagai hewan kurban,” kata mas Bro.
“Tentunya harga beli dari Presiden cukup menguntungkan, bukan merugikan petani ya?,” tanya Yudi.
“Ya iyalah , itu pasti, apalagi sapinya sehat, dan gemuk – gemuk, tak sedikit yang bobotnya mencapai 1,3 ton,” kata Heri.
‘Berapa harganya ya?,” tanya Yudi.
“Nggak usah ditanya, pasti mahal. Yang bobotnya ratusan kilogram saja sudah tiga puluhan juta, apalagi yang di atas satu ton. Lagian apa maksudnya nanya – nanya harga segala, memang mau ikutan,” kata Heri.
“Kalau keteladanan kebaikan layak diikuti, tidak dapat mengikuti seluruhnya bisa sebagian kecil saja, belum mampu mengikuti, bulatkan niat untuk bisa melakukan kepedulian,” jelas mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Menyelaraskan Jam Sekolah
“Keteladanan memang tak cukup dengan omong – omong, yang utama adalah aksi nyata seperti yang telah diteladankan kepala negara kepada rakyatnya,” jelas Heri.
“Setuju. Aksi nyata inilah yang wajib ditiru. Jangan sampai sering mengajak aksi sosial, tetapi dirinya tidak pernah beraksi. Acap mengajak kian meningkatkan pengorbanan demi bangsa dan negara, tetapi dirinya tak pernah berkorban,” kata mas Bro.
“Lebih ironi lagi, teriak berantas korupsi, malah dirinya yang belakangan terperangkap korupsi,” tambah Heri. (Joko Lestari)