“Bangga bukan saja karena hasil keras dihargai langsung oleh Presiden, juga sapi yang diternak itu sehat dan telah memenuhi syarat dan layak disembelih sebagai hewan kurban,” kata mas Bro.
“Tentunya harga beli dari Presiden cukup menguntungkan, bukan merugikan petani ya?,” tanya Yudi.
“Ya iyalah , itu pasti, apalagi sapinya sehat, dan gemuk – gemuk, tak sedikit yang bobotnya mencapai 1,3 ton,” kata Heri.
‘Berapa harganya ya?,” tanya Yudi.
“Nggak usah ditanya, pasti mahal. Yang bobotnya ratusan kilogram saja sudah tiga puluhan juta, apalagi yang di atas satu ton. Lagian apa maksudnya nanya – nanya harga segala, memang mau ikutan,” kata Heri.
“Kalau keteladanan kebaikan layak diikuti, tidak dapat mengikuti seluruhnya bisa sebagian kecil saja, belum mampu mengikuti, bulatkan niat untuk bisa melakukan kepedulian,” jelas mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Menyelaraskan Jam Sekolah
“Keteladanan memang tak cukup dengan omong – omong, yang utama adalah aksi nyata seperti yang telah diteladankan kepala negara kepada rakyatnya,” jelas Heri.
“Setuju. Aksi nyata inilah yang wajib ditiru. Jangan sampai sering mengajak aksi sosial, tetapi dirinya tidak pernah beraksi. Acap mengajak kian meningkatkan pengorbanan demi bangsa dan negara, tetapi dirinya tak pernah berkorban,” kata mas Bro.
“Lebih ironi lagi, teriak berantas korupsi, malah dirinya yang belakangan terperangkap korupsi,” tambah Heri. (Joko Lestari)