Putri Karlina, dalam hal ini, justru menunjukkan bahwa keberpihakan pada rakyat tidak hanya dilakukan melalui program dan kebijakan, melainkan juga lewat sentuhan emosional yang membangun koneksi antara pejabat dan warga.
Perjuangan Ibu Tunggal: Sebuah Realitas Sosial
Apa yang terjadi di Garut hanyalah cerminan kecil dari kenyataan sosial yang lebih besar banyak perempuan di Indonesia yang harus berjuang sendiri untuk membesarkan anak-anak mereka setelah ditinggal pasangan.
Ketika pekerjaan formal sulit diakses dan sistem sosial tidak mendukung, mereka menjadi kelompok yang paling rentan.
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan sistem perlindungan sosial yang inklusif, termasuk menyediakan ruang usaha bagi PKL, akses pelatihan kerja, serta jaminan penghidupan layak bagi ibu tunggal dan kelompok rentan lainnya.
Video tangisan Putri Karlina bukan sekadar viral biasa. Di balik kehebohan media sosial, terselip isu-isu sosial yang perlu mendapat perhatian serius kesenjangan sosial, keterbatasan lapangan kerja, hingga stigma terhadap perempuan pemimpin dan ibu tunggal.
Momen ini bisa menjadi titik tolak untuk mendorong perubahan yang lebih besar. Diharapkan, bukan hanya Putri Karlina yang tersentuh, tetapi juga para pemangku kepentingan lain yang memiliki kuasa untuk mengubah sistem agar lebih berpihak pada mereka yang lemah.