JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Di balik aroma kopi yang menyeruak dari balik kontainer di sudut gedung Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, berdiri sosok pemuda luar biasa.
Ismail Lubis (37 tahun), pemuda difabel keturunan Sumatra Utara, Medan, dengan cekatan meracik kopi di sebuah gerai yang memberdayakan penyandang disabilitas "Difabis", khususnya Tunarungu dan Tunadaksa.
Dengan senyum ramah dan bahasa isyarat yang lembut, ia menyambut setiap pelanggan yang datang, dengan bangga dia membuktikan bahwa keterbatasan yang dimiliki bukan menjadi penghalang untuk berkarya.
Awalnya Ismail terlahir normal dan tidak mengalami gangguan pada indra pendengarannya. Namun semenjak menginjak usia dua tahun, dia mulai kehilangan kemampuan mendengar dan berbicara.
Baca Juga: 3 Kriteria Siswa SMP yang Berhak Dapat Saldo Bantuan Rp750.000 dari PIP 2025, Simak di Sini
Hal itu terjadi akibat terjatuh dan mengalami benturan keras di bagian kepala. Sejak saat itu, dunia sunyi menjadi temannya hingga sekarang.
Kendati dengan kondisi seperti itu, tak ada kata menyerah dalam prinsip hidupnya, sehingga Ismail mampu melanjutkan pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) sambil terus berusaha menggali potensinya.
Setelah lulus sekolah, Ismail memilih dunia kuliner sebagai ladang perjuangannya. Ia mengikuti berbagai pelatihan kerja, mulai dari kebersihan, hingga keterampilan membuat kopi dan kue.
“Ismail memang punya ketertarikan besar di dunia makanan dan minuman,” ujar kepala toko Difabis sekaligus rekan kerja Ismail, Wahyu (29 tahun) kepada Poskota, Rabu, 30 April 2025.
Usai orang tuanya meninggal dunia, saat ini, Ismail tinggal bersama kakaknya di kawasan Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.