POSKOTA.CO.ID - Ada pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam dari pembunuhan, tetapi tak sedikit orang mudah memfitnah pihak lain. Cukup beralasan jika disebut fitnah itu bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja.
Terlebih dalam era digital sekarang ini, hoaks (berita bohong yang dikemas sedemikian rupa seolah-olah benar adanya) dengan mudah menyebar di platform media sosial, di antaranya berisi soal fitnah tadi.
Namun, sepintas kita tidak tahu mana yang hoaks dan mana yang tidak. Kecuali setelah kroscek melalui sarana yang tersedia.
“Persoalannya tak semua penikmat medsos mau repot-repot kroscek segala,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Koalisi Permanen
“Dapat dipahami, kecuali berita dimaksud terkait langsung dengan dirinya, keluarganya, kerabatnya atau orang-orang dekatnya, barulah mencari kebenarannya, asal – usulnya hingga menyebar ke ruang publik, ” tambah Yudi.
“Repotnya lagi opini publik sudah terlanjur terbangun oleh berita hoaks, sementara kualifikasi tak kunjung datang, akan mempengaruhi persepsi masyarakat akan kebenaran informasi seperti yang telah tersebar,” jelas mas Bro.
“Berarti perlu klarifikasi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan atas berita hoaks itu?” tanya Yudi.
“Sangat perlu untuk mencegah fitnah kian menyebar dan menjadi liar, apalagi setelah dibumbui narasi sana-sini,” jawab Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Hebat, Wali Kota Jakbar Perempuan
“Cukup beralasan jika kemudian Hashim Djojohadikusumo memberi pernyataan bahwa Prabowo Subianto tidak punya lahan sawit sehektar pun di bumi Indonesia. Itu upaya menangkis hoaks,” urai mas Bro.
