POSKOTA.CO.ID - Dalam dua pekan terakhir, pemberitaan terkait bencana alam di Sumut, Sumbar, dan Aceh masih menjadi perhatian publik.
Kenaikan harga BBM segala jenis Pertamax yang diberlakukan mulai awal pekan lalu (1 Desember 2025), seolah tak mampu menggeser dominasi berita bencana alam yang menelan ratusan korban jiwa dan ratusan lainnya masih hilang.
“Ini bukti bahwa masyarakat Indonesia penuh empati dengan sesama.Ingin terus mengupdate informasi segala hal yang terkait evakuasi, upaya pemulihan dan kondisi para pengungsi,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Ingin lebih merasakan derita para korban terdampak bencana, ketimbang mengusik kepentingan dirinya terkait kenaikan harga BBM,” timpal Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Awalnya Seruan, Akhirnya Berpantun
“Terlebih kenaikan harga BBM yang tidak berlaku untuk ketiga daerah yang terdampak bencana, yakni Sumut, Sumbar dan Aceh, mendapat apresiasi publik sebagai bentuk adanya rasa empati pemerintah terhadap masyarakat yang tengah dirundung duka,” urai mas Bro.
“Kebijakan ini sekaligus untuk menekan kenaikan harga BBM di daerah bencana akibat tersendatnya pasokan dan distribusi,” kata Heri.
Susul pemberitaan bencana di Sumatera, pasokan BBM tersendat, stok di daerah tersebut kosong, sehingga harga mahal. Konon, harga pertalite tembus Rp30 ribu per liter.
Selain harga melonjak untuk mendapatkannya butuh waktu berjam-jam menunggu antrean. Kondisi yang menyesakkan dada. Itu situasi empat hari lalu.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Tanda Keberuntungan
“Intinya, tidak dinaikkan pun, harga BBM di daerah bencana sudah melonjak duluan. Coba, bagaimana kalau harga juga dinaikkan seperti daerah lainnya, bukankah tambah melejit. Kasian dong warganya, sudah tertimpa bencana masih dihantam kenaikan harga,” ujar mas Bro.
