Kopi Pagi: Toleransi Membangun Harmoni

Senin 17 Nov 2025, 06:20 WIB
Kopi Pagi: Toleransi Membangun Harmoni. (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi: Toleransi Membangun Harmoni. (Sumber: Poskota)

Toleransi menuntut penyesuaian dalam merespons perbedaan dan keberagaman demi membangun harmoni. Ibarat menabuh gamelan perlu adanya keselarasan, keserasian, kesepahaman dan kebersamaan guna menghasilkan suara merdu yang menenangkan jiwa pendengarnya..

-Harmoko-

 

Kata tepo seliro, tenggang rasa atau menenggang perasaan orang lain – sering disebut juga toleransi tak asing lagi bagi kita. Mudah diucapkan, kadang menjadi slogan, tetapi tak semudah ketika hendak menjalankan.

Mengapa? Jawabnya tentu akan beragam, salah satunya boleh jadi karena tiadanya ketulusan melepaskan ego pribadi dan kelompok, ego sektoral, dan ego kekuasaan.

Selama masih melekat ego – ego tadi dalam diri, dapat diduga toleransi hanya termanifestasi dalam edukasi, moncer dalam slogan, solid dalam tataran program dan kebijakan, tetapi belum sepenuhnya teraplikasi dalam kehidupan sehari – hari.

Baca Juga: Kopi Pagi: Sehat Mental dan Sosial

Berbicara toleransi tentu tak sebatas dalam tata pergaulan sosial kemasyarakatan terkait adanya keberagaman, juga dalam bidang ekonomi, kehidupan berdemokrasi dan percaturan politik negeri ini.

Menjiplak produk demi menghasilkan keuntungan instan, tanpa memperhatikan pemilik produk asli kelimpungan, dengan sengaja pemilik modal besar menghambat kemajuan industri rumahan dan usaha kecil, pertanda tiadanya toleransi dalam dunia usaha.

Mendorong program bapak asuh – anak asuh, UMKM binaan dan nama lain serupa, sejatinya wujud nyata dari toleransi dan saling berbagi guna membangun dunia usaha yang sehat dan bermoral. Demi terciptanya kesejahteraan dan keadilan sosial sebagaimana tujuan negeri ini didirikan.

Begitu juga dalam kehidupan berdemokrasi dan berpolitik, perbedaan aspirasi, dan dukungan yang memunculkan beda sikap dan pendapat adalah keniscayaan. Yang dituntut kemudian adalah upaya nyata saling menghargai dan menghormati dengan  menjunjung tinggi kesetaraan sebagai salah satu kunci aktualisasi toleransi membangun harmoni. Selain ketulusan melepaskan segala macam ego untuk melebur menjadi hanya satu ego (kepentingan) nasional.

Diakui, kian tegak kokohnya NKRI juga tak lepas dari sikap toleransi yang telah menjadi jati diri bangsa Indonesia  yang sudah tertanam sejak era perjuangan hingga kini.

Toleransi disadari sebagai tali perekat persatuan di tengah keberagaman. Karena sikap toleransi itulah para pejuang melepaskan ego pribadi, kelompok dan latar belakang kedaerahan, keagamaan, dan kesukuan.

Baca Juga: Kopi Pagi: Pejuang Rakyat

Para pejuang dan pendiri bangsa menyadari begitu pentingnya sikap toleransi yang mampu menciptakan persatuan, membawa banyak manfaat bagi kemajuan bangsa dan negara. Itulah sebabnya sikap toleransi menjadi satu butir panduan dalam pengamalan nilai- nilai falsafah bangsa kita.

Kemampuan mengendalikan diri, menekan kehendak pribadi demi kepentingan umum – kepentingan yang lebih luas lagi, itulah sejatinya toleransi.

Saat ini, di tengah kian beragamnya pendapat, argumentasi, sikap dan perbuatan akibat semakin mudahnya mengakses informasi, menuntut kita untuk semakin toleran dalam merespons situasi. Dituntut semakin mampu mengendalikan diri terhadap yang terjadi di sekeliling kita, utamanya menghargai pendapat orang lain, yang boleh jadi tak sesuai dengan sikap kita.

Sikap toleran dapat kita maknai taat terhadap norma sosial dan norma keberagaman, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Toleransi berperan penting dalam membangun harmoni karena di dalamnya menuntut sikap menghormati keberagaman, menghargai perbedaan, upaya melawan diskriminasi, prasangka buruk, dan kebencian.

Toleransi menuntut penyesuaian dalam merespons perbedaan dan keberagaman demi membangun harmoni. Ibarat menabuh gamelan perlu adanya keselarasan, keserasian, kesepahaman dan kebersamaan.

Masing-masing jenis gamelan memiliki instrumen dengan karakter suara yang berbeda-beda.Cukup beragam, tetapi jika ditabuh dengan keselarasan dan kesepahaman oleh para penabuh gamelan (pengrawit) akan menghasilkan suara merdu menenangkan jiwa mereka yang mendengarnya.

Baca Juga: Kopi Pagi: Menjaga Warisan Budaya

Para pengrawit akan patuh menabuh alat musik pada saatnya (gilirannya), tidak saling mendahului, menabuh sesuai porsinya ( keras tidaknya, frekuensinya). Meski bisa menabuh berkali – kali dan lebih keras lagi, tetapi itu dihindari karena sadar jika dilakukan akan menimbulkan suara sumbang, disharmoni.

Dapat kita maknai, saat pengrawit memainkan gamelan, mereka dapat belajar menahan emosi dan bekerja sama saling mengerti dan memahami dengan penabuh lainnya untuk memainkan nada yang diinginkan. Itulah analogi toleransi.

Dunia pun mengakui toleransi berperan mendorong perdamaian, kesetaraan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia di seluruh dunia. Itulah mengapa dunia menetapkan setiap tanggal 16 November sebagai Hari Toleransi Internasional.

Dalam konteks global, toleransi penting dalam menjaga hubungan antarnegara dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan bersama seperti perubahan iklim, ancaman pangan dunia, geopolitik dan konflik yang terjadi di sejumlah negara belahan dunia.

Mari kita pupuk toleransi membangun harmoni melalui aksi nyata dalam kehidupan sehari hari – hari, dengan menghormati keberagaman, kian meneguhkan kesetaraan, melebur segala macam ego menjadi ego yang lebih besar lagi, yakni ego nasional.

Menyelaraskan perbedaan dan keberagaman dengan menjaga diri dari ucapan, perilaku perbuatan yang sekiranya dapat menimbulkan ketersinggungan, pertentangan, dan perseteruan sebagai embrio perpecahan. (Azisoko).


Berita Terkait


undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Menuju Swasembada Air

Kamis 30 Okt 2025, 06:15 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Kenang Kebaikannya

Senin 03 Nov 2025, 06:30 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Menjaga Warisan Budaya

Kamis 06 Nov 2025, 07:12 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Pejuang Rakyat

Senin 10 Nov 2025, 05:54 WIB
undefined
Kopi Pagi

Kopi Pagi: Sehat Mental dan Sosial

Kamis 13 Nov 2025, 06:02 WIB

News Update