“Toleransi menuntut penyesuaian dalam merespons perbedaan dan keberagaman demi membangun harmoni. Ibarat menabuh gamelan perlu adanya keselarasan, keserasian, kesepahaman dan kebersamaan guna menghasilkan suara merdu yang menenangkan jiwa pendengarnya..”
-Harmoko-
Kata tepo seliro, tenggang rasa atau menenggang perasaan orang lain – sering disebut juga toleransi tak asing lagi bagi kita. Mudah diucapkan, kadang menjadi slogan, tetapi tak semudah ketika hendak menjalankan.
Mengapa? Jawabnya tentu akan beragam, salah satunya boleh jadi karena tiadanya ketulusan melepaskan ego pribadi dan kelompok, ego sektoral, dan ego kekuasaan.
Selama masih melekat ego – ego tadi dalam diri, dapat diduga toleransi hanya termanifestasi dalam edukasi, moncer dalam slogan, solid dalam tataran program dan kebijakan, tetapi belum sepenuhnya teraplikasi dalam kehidupan sehari – hari.
Baca Juga: Kopi Pagi: Sehat Mental dan Sosial
Berbicara toleransi tentu tak sebatas dalam tata pergaulan sosial kemasyarakatan terkait adanya keberagaman, juga dalam bidang ekonomi, kehidupan berdemokrasi dan percaturan politik negeri ini.
Menjiplak produk demi menghasilkan keuntungan instan, tanpa memperhatikan pemilik produk asli kelimpungan, dengan sengaja pemilik modal besar menghambat kemajuan industri rumahan dan usaha kecil, pertanda tiadanya toleransi dalam dunia usaha.
Mendorong program bapak asuh – anak asuh, UMKM binaan dan nama lain serupa, sejatinya wujud nyata dari toleransi dan saling berbagi guna membangun dunia usaha yang sehat dan bermoral. Demi terciptanya kesejahteraan dan keadilan sosial sebagaimana tujuan negeri ini didirikan.
Begitu juga dalam kehidupan berdemokrasi dan berpolitik, perbedaan aspirasi, dan dukungan yang memunculkan beda sikap dan pendapat adalah keniscayaan. Yang dituntut kemudian adalah upaya nyata saling menghargai dan menghormati dengan menjunjung tinggi kesetaraan sebagai salah satu kunci aktualisasi toleransi membangun harmoni. Selain ketulusan melepaskan segala macam ego untuk melebur menjadi hanya satu ego (kepentingan) nasional.
