KEBAYORAN BARU, POSKOTA.CO.ID — Kasus peredaran narkoba di Indonesia tak kunjung surut. Jumlah barang bukti yang disita terus meningkat, sementara modus pelaku makin canggih dan sulit dideteksi.
Sosiolog kriminalitas dan Dosen Purnabakti Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto, SU, menjelaskan ada sejumlah faktor yang membuat narkoba sulit diberantas.
Salah satunya karena bisnis ini menghasilkan keuntungan besar.
“Pertama, karena peredaran dan penjualan narkoba memberikan keuntungan yang sangat besar, bisa mencapai hingga 300 persen. Keuntungan sebesar ini tidak mudah diperoleh dalam usaha lain,” ujar Soeprapto, Jumat, 24 Oktober 2025.
Baca Juga: 38 Ribu Kasus Narkoba Terbongkar, 200 Ton Barang Bukti Disita Sepanjang 2025
Ia menambahkan, narkoba termasuk dalam enam kejahatan lintas negara (transnational crime) yang memerlukan kerja sama global.
“Karena sifatnya lintas batas, penanganannya tidak bisa hanya dilakukan oleh satu negara, tetapi harus melibatkan kerja sama internasional, termasuk dengan interpol,” jelasnya.
Faktor lain yang membuat penanganan narkoba sulit, kata Soeprapto, adalah keterlibatan pihak berpengaruh atau kelompok yang sulit disentuh hukum.
“Keempat, mereka yang tertangkap dan dijatuhi hukuman biasanya bukan pelaku utama, melainkan hanya bagian dari lapisan menengah ke bawah dalam struktur organisasi jaringan narkoba,” katanya.
Soeprapto menegaskan, pemberantasan narkoba perlu pendekatan yang lebih komprehensif dan berani menyentuh aktor utama.
Baca Juga: Peredaran Narkoba Masih Tinggi, Pakar Sebut Keuntungan Besar Jadi Pemicu Utama
