Peredaran Narkoba Masih Tinggi, Pakar Sebut Keuntungan Besar Jadi Pemicu Utama

Rabu 22 Okt 2025, 18:52 WIB
Ilustrasi narkoba. (Sumber: Freepik)

Ilustrasi narkoba. (Sumber: Freepik)

KEBAYORAN BARU, POSKOTA.CO.ID - Kasus peredaran narkoba di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan signifikan. Periode Januari hingga Oktober 2025, kepolisian menyita lebih dari 200 ton barang bukti narkoba dan penangkapan lebih dari 51 ribu tersangka di berbagai wilayah.

Angka ini mencerminkan bahwa kejahatan narkotika di Tanah Air belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Sosiolog Kriminalitas dan Dosen Purna Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto SU, menilai bahwa meningkatnya kasus narkoba bukan semata karena lemahnya penegakan hukum, dan tindak kejahatan dalam konsumsi barang haram. Tetapi karena bisnis narkoba memiliki daya tarik ekonomi yang luar biasa besar.

“Keuntungan dari perdagangan narkoba bisa mencapai 300 persen, dan itu tidak bisa didapat dari sektor usaha lainnya. Jadi wajar jika banyak orang tergiur untuk terlibat di dalamnya, termasuk oknum dari kalangan tertentu,” ujar Soeprapto, saat dihubungi, Rabu, 22 Oktober 2025.

Menurut Soeprapto, faktor ekonomi menjadi pintu masuk utama yang membuat jaringan narkoba terus tumbuh. Namun di sisi lain, kejahatan ini juga tergolong transnasional crime atau kejahatan lintas negara yang kompleks.

Baca Juga: Peredaran Narkoba Masih Marak, BNN Tegaskan Komitmen 'War on Drugs for Humanity'

Karena itu, penanganannya tidak bisa hanya mengandalkan Polri semata, tetapi harus melibatkan kerja sama internasional, termasuk Interpol.

“Jaringan narkoba itu lintas negara, tidak mudah diputus. Polisi Indonesia harus bekerja sama dengan pihak luar karena prosesnya panjang dan melibatkan banyak pihak,” jelas Soeprapto.

Lebih jauh, Soeprapto menyoroti bahwa sebagian besar dari puluhan ribu tersangka yang ditangkap merupakan pelaku di lapisan bawah. Dia menduga mereka yang telah ditangkap bukan bandar besar atau aktor utama di balik jaringan peredaran narkoba.

“Yang ditangkap itu kebanyakan pengedar kecil atau kurir. Sementara para bandar besar sering kali sulit disentuh hukum. Ada kalangan tertentu yang bisa disebut untouchable people by law, yang tidak mudah dijerat,” jelas Soeprapto.

Selain faktor ekonomi, Soeprapto juga mengingatkan bahwa peredaran narkoba memiliki dimensi politik global. Berdasarkan pengalamannya mengikuti seminar internasional, ia menyebut bahwa penyebaran narkoba di beberapa negara, termasuk Indonesia, bisa jadi merupakan strategi melemahkan generasi muda.


Berita Terkait


News Update