Update! Harga Ayam 23 Oktober 2025 Sentuh Rp45.000 per Kg, Ini Penyebab Kenaikannya

Kamis 23 Okt 2025, 08:02 WIB
Harga daging ayam Oktober 2025 (Sumber: Pinterest)

Harga daging ayam Oktober 2025 (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Harga daging ayam ras segar kembali menunjukkan tren kenaikan di berbagai wilayah Indonesia pada Kamis, 23 Oktober 2025. Berdasarkan hasil pantauan di sejumlah pasar tradisional serta data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga ayam di tingkat konsumen kini berkisar antara Rp40.000 hingga Rp45.000 per kilogram.

Kenaikan ini terjadi secara bertahap sejak awal Oktober dan terus berlanjut hingga minggu ketiga bulan ini. Beberapa pedagang menyebutkan bahwa pasokan ayam hidup dari peternak mulai berkurang, sementara biaya distribusi meningkat akibat cuaca ekstrem dan kenaikan ongkos logistik.

Di Semarang, harga daging ayam potong naik dari Rp37.000 menjadi sekitar Rp40.000 per kilogram. Pedagang menilai lonjakan ini sejalan dengan kenaikan harga ayam hidup di tingkat peternak.

Sementara di Mataram, Nusa Tenggara Barat, harga ayam potong masih bertahan di kisaran Rp42.000–Rp45.000 per kilogram, walaupun harga grosir telah turun ke sekitar Rp33.000 per kilogram.

Secara nasional, PIHPSN mencatat rata-rata harga daging ayam ras segar pada minggu ketiga Oktober 2025 mencapai Rp44.770 per kilogram, dengan harga tertinggi terjadi di wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Sementara itu, harga di Pulau Jawa relatif lebih stabil, meskipun tetap mengalami kenaikan tipis dibandingkan minggu sebelumnya.

Baca Juga: Kontroversi Hamish Daud Usai Isu Perceraian dengan Raisa, Nomor 2 Bikin Banyak Orang Tak Percaya

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lonjakan Harga Ayam

Kenaikan harga daging ayam pada akhir Oktober 2025 tidak terjadi secara tiba-tiba. Beberapa faktor mendasar berkontribusi terhadap peningkatan harga ini, baik dari sisi produksi maupun distribusi.

1. Keterbatasan Pasokan dari Peternak

Beberapa daerah mengalami penurunan stok ayam siap panen karena cuaca ekstrem yang berdampak pada kualitas pakan dan kesehatan ternak. Peternak di wilayah Jawa Tengah dan Kalimantan melaporkan turunnya produktivitas hingga 15–20 persen akibat gangguan pada rantai pasok bahan pakan dan kondisi kandang yang lembab.

2. Biaya Logistik dan Transportasi Meningkat

Kenaikan harga bahan bakar serta hambatan distribusi antarprovinsi menambah beban biaya transportasi. Banyak pemasok mengaku membutuhkan waktu lebih lama untuk mengirimkan stok ayam ke pasar-pasar besar di Jawa dan Sumatera. Kondisi ini memicu keterlambatan pasokan dan menekan ketersediaan di tingkat konsumen.

3. Permintaan Meningkat Menjelang Akhir Bulan

Di sisi lain, permintaan ayam meningkat menjelang akhir bulan, terutama dari sektor restoran, hotel, dan katering (RHK). Kota-kota wisata seperti Bandung, Bali, dan Yogyakarta mengalami lonjakan kebutuhan daging ayam untuk konsumsi wisatawan dan acara korporasi. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan mempercepat kenaikan harga di pasar.

4. Harga Pakan Unggas Masih Tinggi

Faktor penting lainnya adalah tingginya harga bahan baku pakan seperti jagung dan kedelai. Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa harga jagung pakan di tingkat petani naik sekitar 12 persen dibanding bulan sebelumnya, sementara harga kedelai impor juga terdampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kondisi ini menyebabkan biaya produksi ayam meningkat signifikan.

Dampak Kenaikan Harga terhadap Konsumen dan Pedagang


Berita Terkait


News Update