Ia juga mengaku masih harus membayar tagihan air sekitar Rp430 ribu per bulan, meski air tak mengalir. Karena itu, Ida berencana menunda pembayaran sebagai bentuk protes.
“Saya biasa iuran per bulan di angka Rp400-430 ribu. Dengan adanya kendala ini, saya belum bayar. Saya maunya nyala dulu airnya baru bayar, karena kami enggak pakai airnya ber kubik-kubik, tapi mesti bayar sama,” ujarnya.
Menurut Ida, pihak PDAM sempat menjelaskan bahwa gangguan terjadi akibat perbaikan pipa di sekitar RS Siloam. Namun, janji bahwa air akan kembali mengalir pada Minggu 5 Oktober 2025 tidak terealisasi.
“Katanya air bakal nyala di hari Minggu kemarin, tapi saya tungguin kok enggak nyala-nyala. Alhamdulillah semalam ada bantuan air datang, tapi ya enggak cukup,” katanya.
Baca Juga: Krisis Air Bersih, Tagihan PDAM untuk Ratusan Warga di Bekasi Utara Tetap Jalan
Sementara itu, Ketua RT 08/RW 018, Joko, membenarkan bahwa sekitar 20 kepala keluarga (KK) terdampak matinya aliran air PAM di wilayahnya.
“Untuk warga saya, di RT 8 itu kira-kira hampir 15 sampai 20 KK yang terdampak. Semalam sudah disuplai dari PAM. Mudah-mudahan instalasinya cepat diperbaiki dan cepat selesai,” ujarnya.
Joko menyebut, bantuan air hanya diberikan sekali oleh PDAM, dan pihaknya tidak mendapat pemberitahuan resmi terkait adanya kerusakan atau perbaikan saluran selain informasi dari grup WhatsApp warga.
“Selama ini kalau ada pemadaman tidak ada info, langsung mati saja. Jadi warga juga enggak siap-siap, padahal pembayaran pasti tetap. Semoga PAM lebih baik lagi dengan manajemen yang lebih maju dan ada solusi yang pasti kalau air mati,” pungkasnya. (cr-3)