Daftar 10 Wilayah dengan UMK Terendah Meski Upah Minimum Naik Era Prabowo

Selasa 15 Jul 2025, 14:04 WIB
UMK Terendah 2025: Ini 10 Daerah yang Masih ‘Terjepit’ Setelah Kebijakan Prabowo Diberlakukan (Sumber: Pinterest)

UMK Terendah 2025: Ini 10 Daerah yang Masih ‘Terjepit’ Setelah Kebijakan Prabowo Diberlakukan (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Upah Minimum Kabupaten/Kota atau UMK selalu menjadi salah satu topik yang menyita perhatian publik setiap awal tahun. Pada tahun 2025, Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2024 resmi melakukan penyesuaian UMK di seluruh daerah.

Penyesuaian ini bukan hanya sekadar angka, melainkan cerminan bagaimana dinamika perekonomian, inflasi, serta biaya hidup layak (KHL) turut memengaruhi kesejahteraan pekerja.

Meskipun rata-rata kenaikan UMK tahun ini mencapai 6,5%, faktanya masih banyak wilayah yang secara nominal berada di posisi terbawah. Mayoritas dari 10 daerah dengan UMK terendah di Indonesia masih berada di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Perspektif umum masyarakat kerap menganggap kenaikan UMK sebagai bukti pemerintah berpihak pada pekerja. Namun, jika kita cermati lebih jauh, penyesuaian upah minimum tidak serta-merta menghapus ketimpangan antar daerah. Ada faktor-faktor struktural, seperti tingkat investasi, produktivitas industri lokal, dan pola urbanisasi yang mempengaruhi daya tawar upah.

Baca Juga: Timothy Ronald Ungkap Tiga Kunci Belajar Sukses Finansial 10 Kali Lebih Cepat

Mengapa UMK Antar Daerah Bisa Berbeda Jauh?

Perspektif unik dari kacamata manusia yang tinggal di daerah ber-UMK rendah adalah, kenaikan upah tidak selalu sebanding dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok. Dalam banyak kasus, terutama di daerah kabupaten yang basis ekonominya masih agraris, kenaikan UMK hanya menutupi inflasi dasar tanpa memberikan ruang untuk perbaikan kualitas hidup secara signifikan.

Perbedaan UMK antar wilayah mencerminkan:

  • Skala industri yang berkembang di wilayah tersebut.
    Daerah industri besar seperti Bekasi dan Karawang memiliki UMK tinggi karena banyak pabrik multinasional.
  • Kapasitas fiskal dan pertumbuhan ekonomi lokal.
  • Biaya hidup rata-rata pekerja setempat.
  • Ketersediaan lapangan pekerjaan formal.

Di sisi lain, banyak kabupaten yang perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian dan perdagangan kecil-kecilan, sehingga penyesuaian UMK dilakukan dengan pertimbangan kemampuan usaha kecil dan menengah membayar upah.

10 Kabupaten/Kota dengan UMK Terendah di Indonesia Tahun 2025

Berikut daftar lengkapnya:

  1. Kabupaten Banjarnegara
    UMK: Rp2.170.475
    Banjarnegara menempati posisi terendah nasional. Wilayah ini masih mengandalkan pertanian hortikultura dan industri rumahan sebagai penggerak ekonomi utama.
  2. Kabupaten Wonogiri
    UMK: Rp2.180.587
    Terkenal sebagai salah satu daerah penghasil gaplek dan kerajinan kayu, Wonogiri menghadapi tantangan diversifikasi ekonomi.
  3. Kabupaten Sragen
    UMK: Rp2.182.200
    Sragen juga merupakan sentra pertanian padi dan memiliki sektor manufaktur skala kecil yang terbatas.
  4. Kota Banjar
    UMK: Rp2.204.754
    Kota Banjar di Jawa Barat memiliki struktur ekonomi yang belum terlalu maju.
  5. Kabupaten Kuningan
    UMK: Rp2.209.519
    Kuningan terkenal dengan sektor pertanian dan pariwisata lokal, namun industrialisasi belum masif.
  6. Kabupaten Pangandaran
    UMK: Rp2.221.724
    Pangandaran dikenal sebagai destinasi wisata pantai, tetapi sektor formal masih minim.
  7. Kabupaten Ciamis
    UMK: Rp2.225.279
    Sektor perdagangan tradisional mendominasi aktivitas ekonomi di Ciamis.
  8. Kabupaten Rembang
    UMK: Rp2.236.168
    Wilayah pesisir Jawa Tengah ini masih berkutat pada perikanan dan pertanian garam.
  9. Kabupaten Blora
    UMK: Rp2.238.430
    Blora kaya akan potensi migas, tetapi industri hilir belum berkembang luas.
  10. Kabupaten Brebes
    UMK: Rp2.239.801
    Meski Brebes dikenal sebagai sentra bawang merah, sektor formal tidak dominan.

Sebagai perbandingan, Kota Bekasi di Jawa Barat menetapkan UMK Rp5.690.000, hampir 2,5 kali lipat lebih tinggi daripada Banjarnegara.

Perspektif: Hidup dengan UMK Rendah di Tengah Kenaikan Harga

Dari sudut pandang pekerja pabrik di Sragen, meskipun kenaikan 6,5% terdengar menguntungkan, pada praktiknya kenaikan harga bahan pokok seperti beras, minyak, dan gas elpiji menghabiskan hampir separuh gaji. Banyak pekerja yang harus mencari penghasilan tambahan melalui kerja sampingan atau bercocok tanam di lahan pekarangan.


Berita Terkait


News Update