“Saya pribadi mengatakan ini baik-baik saja. Justru mereka sedang mempersiapkan. Yang penting mereka secara agama tidak menyatakan bahwa menikah itu nggak baik. Justru mereka mempersiapkan diri agar lebih baik dalam rangka membentuk rumah tangga yang punya potensi ke depannya,” tuturnya.
Dengan adanya pekerjaan, karier yang stabil, dan pendidikan yang cukup, kata Ali, para pemuda lebih siap menjalani kehidupan berumah tangga. Hal ini bahkan sejalan dengan anjuran pemerintah agar masyarakat memiliki pendidikan minimal SMA sebelum membina keluarga.
“Dengan adanya pekerjaan, dengan adanya karir dan pendidikan yang lebih baik, itu sejalan dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah,” katanya.
Baca Juga: Sosiolog Sarankan Gen Z di Jakarta Tidak Takut Nikah
Dirinya juga turut menanggapi pernyataan Menteri Agama yang mendorong agar generasi muda segera menikah. Ali menilai ajakan tersebut bukanlah perintah mutlak, melainkan motivasi agar masyarakat tidak menunda-nunda menikah tanpa alasan yang jelas. Namun ia menegaskan pentingnya tetap memperhatikan aspek kesiapan sebelum melangsungkan pernikahan.
“Ilmu pernikahan tetap harus menjadi bekal, termasuk pengetahuan tentang ekonomi. Mereka juga harus punya pekerjaan dalam rangka mempersiapkan rumah tangga yang baik,” jelasnya.
Ali pun berharap masyarakat tidak salah menafsirkan ajakan tersebut sebagai paksaan untuk menikah muda. Ia mengingatkan bahwa menyiapkan diri secara lahir dan batin sebelum menikah jauh lebih penting daripada sekadar mengejar usia.
“Jangan sampai dengan apa yang disampaikan beliau dipahami bahwa orang disegerakan menikah karena menikah itu perintah agama, misalkan. Tapi kan juga mempersiapkan diri itu lebih bagus,” ucapnya.